Faktor Penyebab Stunting Jelas Terlihat, Skrining dan Konseling Calon Pengantin Bisa Jadi Solusi

Sejumlah faktor jadi penyebab anak menjadi stunting dan tidak berkembang optimal

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Nov 2021, 19:00 WIB
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa untuk mencegah stunting dimulai dari hulu, dengan memberi konseling pra nikah. Selain itu mencegah terjadinya stunting dengan memberi pemahaman tentang kesehatan reproduksi.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, SP. OG. (K) menyampaikan bahwa faktor-faktor yang meningkatkan risiko bayi lahir stunting sudah sangat jelas.

Maka dari itu, untuk menurunkan angka bayi lahir stunting salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menghindari faktor-faktor risikonya.

Beberapa faktor risiko yang dapat dilihat adalah:

-Lebih dari 33 persen remaja yang hendak menikah mengalami anemia dan undernutrition.

-Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 48 persen ibu hamil mengalami anemia.

-Bayi lahir kurang dari 48 cm sebanyak 22,6 persen.

-Kelahiran prematur, 29,5 persen.

-Berat badan lahir kurang dari 2,5 kilo 11,7 persen.

“Sebenarnya angka-angka ini menunjukkan lokus-lokus yang bisa di-treatment,” kata Hasto dalam seminar daring BKKBN Selasa (16/11/2021).


Skrining dan Konseling

Hasto menambahkan, jika dalam satu tahun terjadi dua juta pernikahan di Indonesia dan dari dua juta pernikahan itu sekitar 1,6 juta melahirkan di tahun pertama, ada kemungkinan bayi lahir stunting sebanyak 400 ribu.

Maka, untuk menghadang terjadinya 400 ribu kelahiran bayi dalam kondisi stunting, upaya pencegahan perlu dilakukan sebelum terjadinya dua juta pernikahan.

Sebelum menikah, 2 juta orang calon ibu perlu diskrining dan diberi konseling. Mulai dari periksa hemoglobin (Hb), lingkar lengan atas, tinggi badan, dan berat badan.

“Tentukan pula apa calon ibu itu undernutrition atau tidak, apa dia anemia atau tidak.”


Aplikasi Elsimil

Guna mempermudah proses skrining dan konseling, BKKBN bekerja sama dengan Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan membuat aplikasi elektronik siap nikah dan hamil (Elsimil).

Aplikasi Elsimil berfungsi sebagai alat skrining kondisi calon pengantin dengan menghubungkan calon pengantin pada petugas pendamping. Aplikasi ini juga berfungsi sebagai media edukasi tentang kesiapan menikah dan hamil serta alat pantau kepatuhan calon pengantin dalam melakukan treatment peningkatan status gizi.

“Dengan aplikasi ini kita bisa tahu siapa yang anemia, siapa yang undernutrition, alamatnya di mana. Kita bisa mengirim modul padanya secara virtual, apa saja yang perlu dia lakukan. Mudah-mudahan dengan cara ini dapat menghadang 4.000 stunting per tahun,” pungkasnya. 

 


Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya