Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat 84 penawaran umum yang antre di pipeline. Adapun penghimpunan dana di pasar modal hingga 2 November 2021 mencapai Rp 274,3 triliun dari 145 penawaran umum.
"Ini masih ada di pipeline beberapa emiten sampai dengan akhir tahun ada 84 (penawaran umum). Tidak tahu nanti mana yang akan terjadi di akhir 2021 atau di awal 2022," ungkap Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam CEO Networking (CEON) 2021, Selasa (16/11/2021).
Wimboh mengatakan, total penghimpunan dana di pasar modal tersebut menjadi yang paling tinggi dalam sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca Juga
Advertisement
Sejalan dengan itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga mencatatkan rekor baru pada 15 November 2021, mencapai 6.616 atau naik 10,65 persen ytd. Sementara kapitalisasi pasar juga mencatatkan tren serupa mencapai Rp 8.110 triliun.
"Ini yang mendorong adalah sektor teknologi, konsumer produk, dan kesehatan,” kata Wimboh.
Dari sisi permintaan, jumlah investor telah mencapai 6,8 juta SID hingga akhir Oktober 2021. Investor itu didominasi oleh investor milenial. Dari jenisnya, jumlah investor pasar modal didominasi oleh investor ritel.
"Pertumbuhan investor pasar modal didominasi oleh investor milenial yaitu 6,8 juta investor. Tumbuh sebesar 102,97 persen yoy. Dan dari jumlah tersebut 99 persen adalah investor ritel,” tutur Wimboh.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
BEI Kantongi IPO 28 Perusahaan
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi 28 perusahaan yang sedang proses untuk mencatatkan saham di BEI. Diperkirakan nilai penggalangan dana dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dari 28 perusahaan itu sekitar Rp 31,27 triliun.
"Di pipeline saham BEI saat ini terdapat 28 perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di BEI dengan perkiraan dana yang direncanakan sebesar Rp 31,27 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Selasa, 2 November 2021.
Ia menuturkan, sebagian besar perusahaan itu menggunakan laporan keuangan 2021. Saat ini, 28 perusahaan itu masih dalam proses evaluasi serta kesiapan dari lembaga dan profesi penunjangnya.
"Tentunya kami mengharapkan semuanya bisa tercatat pada tahun ini. Adanya momentum dan antusiasme para pelaku usaha yang terus berlangsung untuk melakukan penggalangan di pasar modal, diharapkan dapat mendukung pencapaian tahun ini melebihi pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.
Adapun klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
3 Perusahaan aset skala kecil. (aset di bawah Rp50 miliar)
• 9 Perusahaan aset skala menengah. (aset antara Rp50 miliar-Rp250 miliar)
• 16 Perusahaan aset skala besar. (aset di atas Rp 250 miliar)
dan rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials;
• 2 Perusahaan dari sektor Industrials;
• 1 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistics;
• 5 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;
• 8 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;
• 2 Perusahaan dari sektor Technology;
• 3 Perusahaan dari sektor Energy;
• 1 Perusahaan dari sektor Financials.
• 1 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate.
• 3 Perusahaan dari sektor Infrastructures.
Advertisement
Pencatatan Saham di BEI Masih Unggul di ASEAN
Sepanjang 2021 tepatnya hingga 1 November 2021, terdapat 40 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang berhasil dihimpun dari IPO mencapai Rp 32,27 triliun. Adapun PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA) sebagai perusahana tercatat ke-40 yang sahamnya tercatat di BEI hingga kini.
“Dapat kami sampaikan pula bahwa selain adanya 28 perusahaan dalam pipeline saham BEI, sepanjang kuartal II tahun 2021, pencatatan saham baru di BEI masih unggul dibandingkan bursa-bursa di ASEAN,” kata Nyoman.
Ia menambahkan, hal tersebut menunjukkan animo perusahaan dan pasar yang baik dalam kondisi dinamis saat ini.
"Tentunya hal ini juga didukung oleh kebijakan pemerintah dan regulator pasar modal dalam menciptakan iklim investasi yang baik serta optimisme pasar atas pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19,” kata dia.
Ia mengatakan, kondisi itu diharapkan juga turut sebagai pendukung pencapaian pada 2021.