Liputan6.com, New York - Perusahaan dan investor terkadang lupa menjadi besar itu mudah tetapi untuk mempertahankannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kesuksesan memunculkan banyak peniru yang menyebabkan persaingan semakin cepat tetapi justru berdampak baik pada penjualan, pangsa pasar dan keuntungan.
Penghasilan terendah dialami oleh Peleton (PTON) dan Beyond Meat (BYND), dampak dari harga saham yang jatuh. Salah satu masalah yang dihadapi Peleton adalah masyarakat lebih menyukai olah raga di luar rumah dan pergi ke gym.
Hasil kuat ditunjukan Planet Fitness (PLNT) yang melaporkan pendapatan perusahaan melampaui perkiraan. Kondisi ini menampar Peleton di luar sana banyak perusahaan yang menawarkan jasa serupa.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, menjamur pula produsen sepeda dengan harga yang lebih terjangkau seperti Bowflex, Enchelon dan NordicTrack.
Para pesaing memaksa Peleton mau tidak mau harus memotong harga. Tentu hal ini tidak disukai para investor sehingga invetor berpindah yang efeknya saham Peleton terpuruk sejauh 70 persen pada tahun ini.
Sementara, persoalan Beyond Meat karena kategori yang dibantu berubah sebagai mainstream atau terlalu umum. Yang mana memunculkan kekhawatiran bahwa protein nabati hadir secara tidak sengaja dan menimbulkan permintaan yang tinggi.
Masalah utamanya adalah "daging palsu’ tersedia di mana-mana mulai dari restoran hingga toko kelontong. Dewasa ini, sangat mudah mendapatkan burger berbahan protein nabati yang lezat.
Kondisi semakin memburuk ketika e-commerce sudah banyak bermitra dengan banyak jaringan supermarket besar. Konsumen tidak lagi hanya memiliki produk Beyond sebagai pilihan saat ingin membeli burger atau nugget vegetarian.
Perusahaan makanan tradisional seperti Kellog (K), Tyson (TSN) dan Hormel (HRL) pun meluncurkan penawaran produk nabati mereka. Tidak heran jika saham Beyond Meat kehilangan hampir sepertiga nilainya pada 2021.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perlu Usaha Lebih
Perusahaan pembuat kasur Casper (CSPR) menyadari mereka perlu melakukan lebih dari sekadar beriklan secara agresif untuk merebut pangsa pasar yang ramai. Casper merupakan salah satu pelopor kasur dalam bisnis kasur dalam kotak (box). Pada 2019, terlihat perusahaan membeli ruang iklan di setiap kereta bawah tanah di New York.
Tentu jalan Casper tidaklah mulus untuk sampai ke tujuan perusahaan. Sederet perusahaan serupa turut bermunculan dari perusahaan baru hingga yang sudah mapan. Misalnya Purple (PRPL), Leesa, Tempur Searly (TPX) dan Sleep Number (SNBR) hadir guna meramaikan pasar produsen matras.
Pada Senin, 15 November 2021, Casper pun menyerah dan mengumumkan perusahaan dibeli oleh perusahaan ekuitas swasta tepat 21 bulan setelah IPO.
Meskipun pada hari itu saham Casper hampir dua kali lipat, saham CSPR masih diperdagangkan hampir 50 persen di bawah harga penawaran umum perdana.
Advertisement
Layanan Streaming
Persaingan yang ketat bukan hanya menjadi masalah bagi para pengagas bisnis awal suatu industri. Disney (DIS) bukanlah media streaming film pertama di dunia.
Namun, kehadirannya mampu dengan cepat menggaet para pelanggan bahkan jumlahnya jauh melampaui Netflix (NFLX) yang merupakan pioner platform streaming film. Peluncuran Disney hanyalah sebuah platfom berisi konten klasik dan beberapa acara baru seperti “The Mandalorian”, “Wanda Vision,” dan “Loki.”
Platform streaming lainnya pun menberikan reaksi atas pencapaian Disney. Mulai dari Netflix, aplikasi streaming milik Apple (AAPL), Amazon (AMZN), hingga HBO Max WarnerMedia.
Tindakan ini dilakukan dengan peluncuran konten yang lebih menegangkan dan lebih berorietnasi kepada masa depan seperti serial “Squid Games,’”Ted Lasso,” dan “The Flight Attendant,” milik AT&T (T).
Lantas aksi ini telah memukul Disney. Alhasil, pada awal November sahamnya anjlok usai melaporkan pertumbuhan pelanggan Disney+ yang lebih lamban daripada perkiraan.
Kondisi ini pun mengindikasikan betapa sulitnya menjaga kestabilan sebagai “pemimpin besar” dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Apalagi persaiangan yang kian hari semakin ketat dan sulit.
Selanjutnya
Di bidang industri kendaraan, perusahaan milik Elon Musk, Tesla (TSLA) menjadi sentimen atas pergerakan harga di seluruh industri. Raksasa otomotif GM (GM) dan Ford (F) hanya memiliki nilai yang kecil jika dibandingkan nilai pasar Tesla.
Perusahaan induk Google Alphabet (GOOGL), Amazon, Meta Platforms (FB) sebagai induk Facebook serta Apple merupakan contoh kasus langka dari para pemimpin industri yang sebagian besar telah mempertahankan dan memperkuat keunggulan pasar mereka di industri masing-masing. Namun, mereka adalah pengecualian, bukan suatu aturan yang penuh kepastian.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement