Liputan6.com, Kabul - Setelah dikecam oleh dunia internasional, Taliban menegaskan bahwa pihaknya tidak melarang anak perempuan untuk sekolah. Namun, Taliban berkata belajar tanpa hijab itu dilarang agama.
Dilansir Tolo News, Rabu (17/11/2021), Kementerian Kebajikan dan Pencegahan Maksiat menyebut perempuan bisa sekolah hingga level PhD. Hanya saja hijab menjadi syarat pendidikan perempuan.
Baca Juga
Advertisement
"Islam tidak menolak pendidikan, tetapi menolak pendidikan tanpa hijab," ujar (plt.) Menteri Kebajikan dan Pencegahan Maksiat, Shaikh Mohammad Khaled Hanafi.
Solusi lain yang dilakukan Emirat Islam Afghanistan adalah pemisahan siswa dan siswi agar tak belajar di tempat yang sama.
"Emirat Islam sedang membuat kerangka agar anak laki-laki dan perempuan bisa melanjutkan pendidikan mereka di tempat-tempat yang terpisah," jelasnya.
Pada akhir Oktober lalu, beberapa SMA di Afghanistan dilaporkan sudah menerima kembali para siswi.
Selain itu, Hanafi memastikan bahwa tujuan kementeriannya bukan mengatur masalah jenggot.
"Tujuan Kementerian Kebajikan dan Maksiat bukanlah untuk mempermalukan orang-orang terhormat karena alasan bercukur, itu bukan tujuan kita," ucapnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Taliban Salahkan Pemerintah Sebelumnya
Tak lupa, ia turut menyalahkan pemerintahan sebelumnya. Ia berkata dulu banyak pelecehan tempat kerja yang terjadi.
Sebelumnya, Taliban juga menyalahkan pemerintahan sebelumnya pada krisis kesehatan yang terjadi. Saat ini, Afghanistan mengalami masalah di sektor kesehatan dan ekonomi karena bantuan internasional dihentikan sejak Taliban berkuasa.
Taliban pun masih berusaha agar diakui pemerintahan dunia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pernah berkata bahwa jika Taliban ingin pengakuan dunia, maka salah satu syaratnya adalah menjamin hak-hak perempuan.
Advertisement