2 Jasad dari Ledakan 11 Tahun Lalu di Tambang Selandia Baru Ditemukan

Ledakan akibat gas metana di tambang Selandia Baru pada 2010 yang menewaskan 29 orang. 11 tahun berlalu, lokasi tersebut diselidiki.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Nov 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi bendera Selandia Baru (AFP)

Liputan6.com, Wellington - Jenazah manusia telah ditemukan di tambang batu bara Selandia Baru lebih dari satu dekade setelah salah satu bencana industri terburuk di negara itu, kata polisi.

29 orang tewas setelah serangkaian ledakan gas metana melanda tambang Sungai Pike di pantai barat Pulau Selatan pada November 2010.

Dua pekerja berhasil melarikan diri dari bencana tersebut.

Tambang tersebut kemudian ditutup secara permanen karena masalah keamanan, sehingga tidak seorang pun dapat masuk ke area tambang.

Pada 2019, sembilan tahun setelah kejadian, penyelidik diizinkan mengakses dalam mengikuti panggilan dari keluarga penambang.

Polisi mengatakan gambar yang diambil mengkonfirmasi dua jasad telah ditemukan, dengan kemungkinan yang ketiga, selama pencarian di tambang minggu lalu. Namun, temuan tersebut jauh dari pintu masuk tambang dan mungkin saja tidak dapat ditemukan, seperti dikutip dari Sky News, Rabu (17/11/2021).

"Meskipun kami tidak dapat mengidentifikasi jenazah, kami bekerja dengan ahli forensik untuk melihat apa yang dapat kami lakukan untuk mengkonfirmasi identitas mereka,” kata inspektur detektif, Peter Read.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Perusahaan Gagal Melindungi Pekerjanya

Aktivis iklim menuruni tebing saat mamasuki tambang batu bara lignit Garzweiler di Garzweiler, Jerman barat, Sabtu (22/6/2019). Para aktivis harus kucing-kucingan dengan petugas kepolisian yang menghalau aksi mereka. (Marcel Kusch/DPA/AFP)

Dia menambahkan bahwa penyelidik percaya ada enam hingga delapan orang yang bekerja di daerah tempat jenazah ditemukan.

Dua tahun setelah ledakan, sebuah laporan Komisi Kerajaan menemukan bahwa perusahaan pertambangan Pike River Coal mengabaikan 21 peringatan bahwa gas metana telah terakumulasi ke tingkat ledakan sebelum ledakan fatal.

Hal ini memicu masalah keamanan yang luas dan mengatakan perusahaan telah mengekspos penambang pada risiko yang tidak dapat diterima untuk memenuhi target keuangan.

Pada saat bencana, hanya ada dua inspektur tambang yang tidak dapat memenuhi beban kerja mereka, katanya.

Mantan Perdana Menteri Selandia Baru John Key mengatakan: "Perusahaan sepenuhnya dan sama sekali gagal melindungi para pekerjanya."

Para pekerja berada sekitar 5.000 kaki dari pintu masuk tambang ketika ledakan terjadi. Ledakan lebih lanjut terjadi dan orang-orang itu diduga telah tewas.

 

Reporter: Cindy Damara

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya