Harga Minyak Turun Dibayangi Kekhawatiran Lonjakan Kasus Covid-19

Harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 2,6 persen atau USD 2,15, ke level USD 80,28 per barel.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Nov 2021, 08:00 WIB
Harga minyak

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun pada perdagangan Rabu setelah Badan Energi Internasional dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak memperingatkan kelebihan pasokan yang akan datang dan karena kasus COVID-19 di Eropa meningkatkan risiko penurunan permintaan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (18/11/2021), harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 2,6 persen atau USD 2,15,  ke level USD 80,28 per barel.

Sedangkah harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap 3 persen atau USD 2,4 menjadi pada USD 78,36 per barel.

Persediaan minyak mentah AS turun 2,1 juta barel pekan lalu, data terbaru pemerintah menunjukkan, bertentangan dengan ekspektasi analis untuk peningkatan 1,4 juta barel.

Gelombang baru kasus COVID-19 di Eropa yang mendorong beberapa pemerintah untuk memberlakukan kembali pembatasan juga membebani harga.

“Dampaknya sejauh ini dapat diabaikan. Karena itu, ada risiko situasi meningkat dan tingkat mobilitas akan sangat berkurang dalam beberapa bulan mendatang,” kata  Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

Badan tersebut mengatakan tingkat harga yang tinggi akan melihat produksi minyak AS naik lagi pada tahun 2022, terhitung sekitar 60 persen dari perkiraan 1,9 juta barel per hari untuk pertumbuhan pasokan non-OPEC.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Harga BBM

Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Data mingguan terbaru menunjukkan output AS turun menjadi 11,4 juta barel per hari, meskipun angka-angka ini dibulatkan dan fluktuatif.

Tingginya harga bahan bakar merupakan kekhawatiran yang berkembang bagi pemerintahan Biden, yang pada hari Rabu meminta Komisi Perdagangan Federal untuk menyelidiki kesenjangan yang semakin besar antara biaya gas yang belum selesai dan apa yang konsumen bayar di pompa.

Amerika Serikat telah mempertimbangkan pelepasan darurat minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS, meskipun SPR umumnya digunakan selama bencana alam atau gangguan pasokan yang biasanya disebabkan oleh perang.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya