Puasa 2 Hari per Minggu Lebih Efektif Bantu Pengidap Obesitas Turunkan Berat Badan

Jumlah berat badan yang turun setelah menjalankan pola diet dua hari puasa dan lima hari makan wajar tidak terlalu beda jauh dari hasil dengan menjalankan pola diet konvensional, tapi...

oleh Dinny Mutiah diperbarui 18 Nov 2021, 06:44 WIB
Ilustrasi puasa. (dok. Christopher Jolly/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta- Pola diet 5:2, salah satu jenis puasa berkala dengan lima hari makan biasa dan dua hari mengontrol kalori, banyak dianjurkan oleh nutrisionis untuk para pengidap obesitas. Hal ini ternyata juga dianggap lebih menyenangkan oleh pengidap obesitas untuk dilakukan, meski hasilnya ternyata tidak berbeda jauh dari pola diet tradisional.

Sebuah studi dilakukan para peneliti senior dan psikolog di Queen Mary University, London. Hasil riset mereka kemudian dipublikasikan di jurnal ilmiah PLOS One. Dalam studi tersebut, para peneliti meriset keefektifan pola diet 5:2 dalam penerapan riil di kehidupan sehari-hari.

Mereka menyimpulkan bahwa pola diet yang memasukkan puasa untuk membatasi kalori harian (500 kalori untuk perempuan dan 600 kalori untuk laki-laki) dan dilakukan dua kali per minggu itu ternyata tidak menurunkan berat badan sedrastis yang diperkirakan. Namun, pola makan tersebut ternyata lebih banyak dipilih oleh para pengidap diabetes.

"Pengguna menilai pola pendekatan ini lebih sederhana dan lebih menyenangkan (untuk dilakukan)," kata Katie Myers Smith, penulis laporan riset tersebut, dikutip dari CNN, Kamis (18/11/2021).

Studi itu melibatkan 300 pengidap obesitas di Tower Hamlets, salah satu wilayah kota London. Para partisipan sebelumnya diberikan pilihan apakah ingin mengikuti pola diet 5:2 atau pola diet yang lebih konvensional dengan menekankan pada konsumsi lebih banyak sayur dan makanan berbahan gandum utuh. 

Mereka yang menjalankan pola diet konvensional juga diminta menurunkan konsumsi makanan tinggi gula dan lemak, memakan dalam porsi lebih kecil, dan berolahraga. Hal itu bertujuan untuk menurunkan berat badan mereka.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Hasil Rata-Rata

Ilustrasi puasa. (dok. Katsia Jazwinska/Unsplash)

Dalam enam bulan studi, mereka yang menjalankan pola diet 5:2 berkurang berat badan, rata-rata di angka 1,8 kilogram. Sedangkan, mereka yang menjalankan program diet konvensional turun berat badan 1,7 kilogram.

Dalam 12 bulan berjalan, mereka yang menjalani puasa dua hari seminggu turun berat badan 1,9 kilogram, sedangkan yang menerapkan diet konvensional turun 1,8 kilogram. Sekitar 18 persen yang menjalankan pola diet 5:2 kehilangan lima persen berat badannya setelah setahun, dibandingkan yang konvensional hanya 15 persen. 

Setengah dari kelompok yang menjalankan pola diet 5:2 menghadiri enam sesi dukungan kelompok dalam enam minggu pertama program dimulai. Namun, dampak dukungan kelompok itu menghilang seiring waktu.

Partisipan rata-rata positif terhadap pendekatan yang dilakukan untuk menurunkan berat badan. Namun, mereka yang menjalankan pola diet 5:2 lebih cenderung merekomendasikan hal itu kepada orang lain dan berkata bahwa mereka akan terus melanjutkan pola tersebut. 

"Sementara, orang-orang yang mengikuti pola diet konvensional akan mencoba strategi lain untuk menurunkan berat badan, seperti menggunakan Wight Watchers, Slimming World, atau pola diet lainnya. Faktor ini bisa menyamarkan efeknya, tetapi itu tidak dianggap etis atau praktis untuk menghentikan partisipan mencoba alternatif pendekatan lainnya," sambung Smith.

 

 


Apa Itu Intermittent Fasting?

ilustrasi teh hijau penghilang dehidrasi saat puasa/pexels

Merujuk hasil studi tersebut, para dokter akhirnya merekomendasikan pola diet 5:2 lebih efektif untuk dijalankan oleh pengidap obesitas yang ingin menurunkan berat badan. Para ahli berpikir dengan mengombinasikan antara puasa dan makan wajar dapat meningkatkan kesehatan selular yang dipicu perubahan metabolik.

Dalam perubahan metabolik, sel-sel menggunakan cadangan energinya dan mengubah lemak menjadi energi. Pengubahan itu membuat perubahan dari menyimpan lemak menjadi mode menghemat lemak.

Intermittent fasting dapat menurunkan tekanan darah, membantu menurunkan berat badan, dan memperpanjang harapan hidup, menurut studi yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine. Meski begitu, metode ini tidak cocok untuk semua orang, terutama wanita hamil dan mereka yang memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes atau gangguan makan.


5 Alasan Diet Tidak Berjalan Lancar

Infografis 5 Alasan Diet Tidak Berjalan Lancar. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya