Badan Atom Internasional Curiga Iran Menumpuk Uranium

Badan Atom Internasional memperkirakan Iran punya stok enriched uranium hingga 17,7 kilogram.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Nov 2021, 12:00 WIB
Pengendara motor melintasi di alun-alun Enghelab di pusat ibu kota Teheran ketika pihak berwenang memperketat pembatasan, Selasa (20/7/2021). Iran memberlakukan lockdown di Teheran dan provinsi terdekat setelah kasus infeksi Covid-19 mencapai rekor tertingginya selama wabah kelima. (ATTA KENARE/AFP)

Liputan6.com, Tehran - Badan Atom International (IAEA) melaporkan bahwa Iran menambah stok highly enriched uranium (HEU) sehingga melanggarkan perjanjian nuklir 2015. HEU dapat digunakan menjadi senjata nuklir.

Berdasarkan estimasi IAEA, Iran memiliki stok 17,7 kilogram uranium yang diperkaya dengan fissile purity hingga 60 persen.

Sejak Agustus lalu, Iran tela menambah hampir 8 kilogram uranium, demikian laporan Arab News, Kamis (18/11/2021).

IAEA kesulitan mengakses lokasi-lokasi nuklir Iran. Kepala IAEA, Rafael Mariano Grossi, berkata situasinya seperti "terbang di langit yang dipenuhi awan."

Selain itu, Grossi mengaku khawatir pada kondisi inspektur-inspekturnya ketika dilakukan pemeriksaan fisik oleh pejabat keamanan di fasilitas nuklir Iran. Gross berkata pemeriksaannya sudah bersifat berlebihan.

Grossi lantas meminta Iran memperbaiki situasi ini dan menerapkan prosedur keamanan di fasilitas nuklir mereka sesuai standar internasional.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Menanti Kesepakatan Nuklir

Ilustrasi nuklir Iran (AFP)

Laporan sebelumnya, pembicaraan yang bertujuan untuk menerapkan kembali kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan enam negara lain akan dilanjutkan bulan November ini.

Kepala perantara Iran, Ali Baqeri Kani, mengatakan bahwa pemerintahnya telah setuju untuk bertemu di Wina tanggal 29 November.

Dilansir dari laman BBC, Kamis (4/11), diskusi mengenai nuklir Iran telah tertunda sejak pemilihan presiden garis keras baru Iran pada bulan Juni.

AS, di bawah pemerintahan presiden sebelumnya, Donald Trump, telah menarik diri dari kesepakatan tersebut, tetapi, Washington sejak itu mengatakan agar mempertimbangkan untuk bergabung kembali.

Pemerintahan Joe Biden mengatakan akan menghadiri pertemuan Wina, bersama dengan negara penandatangan yang tersisa, Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia.

Cuitan di Twitter pada hari Rabu, Kani mengatakan bahwa Iran telah “setuju untuk memulai negosiasi yang bertujuan untuk menghapus sanksi yang melanggar hukum dan tidak manusiawi pada 29 November di Wina".

Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa kesepakatan dapat dicapai dengan cepat jika perwakilan Iran serius.

Namun, ia menambahkan AS mengharapkan negosiasi untuk melanjutkan apa yang telah mereka bicarakan setelah putaran keenam pembicaraan di Wina pada bulan Juni.

 


Infografis 9 Tips Lansia Tetap Sehat Bebas COVID-19

Infografis 9 Tips Lansia Tetap Sehat Bebas Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya