Liputan6.com, Jakarta - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menargetkan net zero carbon pada 2030. Untuk mencapai target tersebut, perseroan siapkan sejumlah langkah, salah satunya mengembangkan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT).
Adapun target itu lebih cepat dari target pemerintah Indonesia 2060. Oleh karena itu, Direktur TBS Energi Utama, Alvin Firman Sunanda menuturkan, pihaknya melakukan sejumlah langkah antara lain menjalankan divestasi dari fossil fuel business, investasi dalam energi terbarukan yang inovatif di seluruh Indonesia.
Kemudian menghitung baseline carbon emission untuk memahami dampak dan komitmen menuju net zero by 2030, komitmen terhadap transparansi dengan melaporkan kemajuan dan cara mencapai target 2030, siap mendapatkan peluang pendanaan dengan target sustainability performance, dan mendukung arahan pemerintah Indonesia untuk mencapai climate change target dan NDC.
Baca Juga
Advertisement
Adapun energi terbarukan yang dimiliki perseroan lebih dari 900 MW yang ada dalam pipeline sebagai potensi pengembangan bisnis Ini dari total 20 GW potensi yang teridentifikasi pada RUPTL PL
“Potensi pengembangan bisnis teridentifikasi meliputi tenaga air, angin, surya, dan biomassa,” ujar Alvin saat paparan publik virtual, ditulis Kamis (18/11/2021).
Perseroan pun memanfaatkan peluang pengembangan EBT di seluruh Indonesia antara lain di Sulawesi, Maluku, Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, serta Papua.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dua Proyek
Adapun proyek pengembangan energi terbarukan yang sedang dikembangkan yaitu pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTMH) oleh PT Adimitra Energi Hidro berkapasitas 6 MW dan PT Bayu Alam Sejahtera.
"Proyek yang sudah di depan mata di Lampung, PLTMH, pembangkit listrik mini hydro kami saat ini proyek financial closing rampung kuartal IV 2021,” ujar Head of Investor Relations PT TBS Energi Utama Tbk Iwan Sanyoto
Ia menuturkan, setelah financial close rampung kemudian konstruksi yang memakan waktu tiga tahun. Potensi beroperasi secara komersial atau COD pada 2024. Adapun power purchase agreement (PPA) 25 tahun dengan PLN diteken pada 22 Februari 2021 dan efektif 22 Maret 2021.
Estimasi belanja modal proyek ini USD 16-USD 17 juta. Pembangkit listrik ini akan mengurangi 19.000 MT CO2 per tahun.
Selain itu, perseroan juga mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga angin melalui PT Bayu Alam Sejahtera. Perseroan memiliki 100 persen kepemilikan dan punya kapasitas 22 MW.
"Proyek kedua tenaga bayu, masih dalam proses mendapatkan PPA melalui tender.Jadi ini dua proyek energi terbarukan yang kami sedang jalankan prosesnya. Lainnya dalam bentuk pipeline. Potensi proyek ini pada saatnya kami akan laporkan,” ujar dia.
Adapun energi terbarukan yang ada dalam pipeline TBS Energi Utama antara lain hdyro 6 MW, solar PV 48 MW, wate-to-energy 20 MW, biomass 20 MW, dan angin 22 MW.
Advertisement