Liputan6.com, Ouagadougou - Korban tewas dari serangan akhir pekan oleh tersangka militan terhadap gendarmerie atau polisi militer di Burkina Faso utara telah meningkat menjadi 53, kata pemerintah setempat pada Rabu 17 November 2021.
Serangan itu adalah salah satu yang paling mematikan terhadap pasukan pertahanan dan keamanan negara Afrika Barat sejak kekerasan militan pecah enam tahun lalu, seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (18/11/2021).
Orang-orang bersenjata yang bepergian dengan truk pikap dan sepeda motor menyerang gendarmerie Inata di dekat perbatasan Mali sebelum fajar pada hari Minggu 14 November, yang menyebabkan bentrokan berlarut-larut, kata sumber keamanan pada hari yang sama.
Baca Juga
Advertisement
Pada Senin 15 November, jumlah korban tewas dilaporkan sebanyak 32 orang. Namun, juru bicara pemerintah, Ousseni Tamboura mengatakan Rabu bahwa total 53 orang tewas, 49 polisi dan empat warga sipil.
“Untungnya, kami menemukan 46 polisi hidup”, katanya setelah rapat kabinet.
Sumber lokal mengatakan bahwa sekitar 150 polisi ditempatkan di fasilitas di Inata, yang berarti jumlah korban masih bisa meningkat lebih lanjut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Burkina Faso Sering Menjadi Target Serangan Militan
Ratusan orang memprotes di beberapa kota di seluruh negeri pada Selasa untuk menuntut pengunduran diri atas ketidakmampuan untuk menghentikan serangan teroris.
Presiden Roch Marc Christian Kabore pada hari Rabu mengkritik disfungsi substansial di dalam tentara, termasuk dalam penyediaan makanan.
"Itu tidak dapat diterima, dan itulah mengapa saya benar-benar memahami," katanya saat meninggalkan rapat kabinet.
Tamboura mengatakan sebelumnya bahwa kepala angkatan bersenjata di utara negara itu telah dicopot dari jabatannya setelah serangan hari Minggu. Negara itu telah dinyatakan berkabung dari Selasa hingga Kamis.
Burkina Faso telah dilanda serangan militan sejak 2015, sebagian besar di wilayah utara dan timur dekat Mali dan Niger, negara-negara yang menghadapi perjuangan mereka sendiri melawan para jihadis.
Serangan militan di Burkina Faso, yang sering disertai dengan penyergapan dan dikaitkan dengan gerakan yang berafiliasi dengan kelompok ISIS dan Al-Qaeda, telah menewaskan lebih dari 2.000 orang dan memaksa lebih dari 1,4 juta orang meninggalkan rumah mereka di negara tersebut.
Reporter: Cindy Damara
Advertisement