Liputan6.com, Greymouth - Keluarga dari penambang yang tewas akibat insiden ledakan di lokasi tambang sungai Pike, Selandia Baru mengaku tak terkejut dengan penemuan jenazah anggota keluarganya. Selain tak terkejut, mereka mengaku ini malah seperti membuka luka lama.
Lebih dari satu dekade setelah ledakan tambang Sungai Pike yang menewaskan 29 orang, sisa-sisa setidaknya dua orang telah ditemukan dalam gambar yang diambil akhir pekan lalu dari lubang bor baru lokasi tambang, demikian dikutip dari stuff.co.nz.
Setelah 11 tahun insiden ledakan di tambang mineral Selandia Baru, ada jenazah yang merupakan korban dari insiden tersebut dilaporkan terlihat.
Bencana di tambang Sungai Pike terjadi pada bulan November 2010 ketika dua ledakan melanda lokasi tambang, demikian dikutip dari laman BBC, Kamis (18/11/2021).
Baca Juga
Advertisement
Hanya dua dari 31 penambang di shift tersebut yang bisa melarikan diri. Selama periode itu, tak satu pun dari tubuh penambang yang pernah ditemukan.
Alasan tidak dilakukan pencarian lantaran faktor lokasi yang sulit dijangkau, sehingga tidak ada peluang untuk menemukan jenazah.
Pada tahun 2012, otoritas Selandia Baru menyebut ada banyak peringatan tentang potensi bencana di Sungai Pike.
Di tahun 2021, dengan cara menggali lubang bor, para ahli kini dapat mengumpulkan gambar dari kedalaman tambang tersebut.
Jenazah yang baru ditemukan berada di bagian terjauh dari tambang, tepatnya pada pintu masuk, kata polisi Selandia Baru. Namun, mereka belum diidentifikasi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dugaan Sementara
Diyakini bahwa antara enam dan delapan orang sedang bekerja di bagian luar tambang.
"Pada titik ini, kami belum dapat mengidentifikasi jenazah, namun kami akan berkonsultasi dengan ahli forensik," kata Inspektur Detektif Peter Read.
Andrew Little, menteri yang bertanggung jawab atas operasi pemulihan, mengatakan: "Saya tahu beberapa keluarga ingin mendapatkan informasi, tetapi itu tidak mungkin."
Pada 2017, pemerintah mendanai operasi pemulihan tetapi dihentikan pada Maret tahun ini.
Para pejabat mengatakan, operasi itu telah berjalan sejauh 2,2 km (sekitar 1,5 mil) di dalam tambang tanpa hasil dan itu terlalu sulit dan mahal untuk dilanjutkan.
Advertisement