19 November 1977: Presiden Mesir Jadi Pemimpin Arab Pertama yang Masuk Israel

Pesawat Presiden Mesir mendarat di bandara Ben Gurion pada awal kunjungannya selama 36 jam.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 19 Nov 2021, 06:00 WIB
Presiden Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin memberikan tepuk tangan selama sesi gabungan Kongres di Washington, D.C (Wikipedia/Public Domain)

Liputan6.com, Tel Aviv - Tepat hari ini pada tahun 1977, Presiden Mesir Anwar Sadat melakukan perjalanannya ke Israel. Perjalanan ini jadi sejarah. Pasalnya, ia adalah pemimpin Arab pertama yang mengunjungi negara Yahudi itu.

Pesawat Presiden Mesir mendarat di bandara Ben Gurion pada awal kunjungannya selama 36 jam, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (19/11/2021).

Dia disambut Perdana Menteri Israel kala itu, Menachim Begin dan Presiden Israel Ephraim Katzir dan 21 tembakan sebagai simbol 'salut' untuk menghormatinya. Setelah upacara di bandara, Presiden Sadat diantar ke Yerusalem untuk pertemuan selama satu jam dengan Begin.

Keesokan harinya, dia akan berpidato di parlemen Israel dengan pidatonya yang disiarkan langsung ke ratusan juta orang di seluruh dunia. Presiden Mesir menyampaikan pidatonya dalam bahasa Arab.

Kemudian Begin menjawab dalam bahasa Ibrani dengan terjemahan simultan yang disediakan untuk Presiden Sadat. Perjalanannya ke Israel telah mengejutkan masyarakat internasional.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Perang Mesir-Israel

Pasukan Mesir menyeberangi Terusan Suez pada Perang Yom Kippur 1973 melawan Israel. Sebagai jalur strategis, Terusan Suez sempat diperebutkan sejumlah negara (Wikimedia Commons)

Israel dan Mesir telah berperang empat kali dan Israel masih menduduki Semenanjung Sinai, bagian dari Mesir yang direbutnya dalam perang 1967.

Tawaran pemimpin Mesir itu, dalam pidatonya di depan parlemen pada 9 November, untuk melakukan perjalanan ke Israel secara luas dianggap tidak lebih dari perkembangan sastra.

Ketika Perdana Menteri Begin menanggapi dengan mengeluarkan undangan resmi, tidak ada yang percaya bahwa Sadat akan menerimanya.

Kehadirannya di Israel mematahkan kebijakan Arab untuk tidak berurusan secara terbuka dengan negara Yahudi yang didirikan pada tahun 1948.

Setelah demonstrasi di seluruh dunia menentang kunjungan Sadat, Israel dalam keadaan siaga tinggi dan 10.000 personel keamanan sedang bertugas.


Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina

Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya