Liputan6.com, Jakarta - Resistansi antimikroba (AMR) saat ini tidak lagi dapat dilihat sebagai masalah sepele. Kondisi ini sudah menjadi krisis kesehatan dunia, bahkan disebut sebagai silent pandemic atau pandemi senyap.
Menurut hasil surveillance Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di 70 negara di dunia pada 2017, kematian akibat AMR telah mencapai 700.000 orang per tahun.
"Itu pun masih data 2017, belum yang 2020 hingga 2021," ingat National Officer for AMR dari WHO Indonesia, dr Benjamin Sikombing MPH.
Baca Juga
Advertisement
Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi pandemi AMR di tahun 2050 dengan angka kematian 10 juta orang per tahun.
Hal ini tentu menjadikan AMR sebagai salah satu dari 10 ancaman kesehatan global yang paling berbahaya di dunia.
Resistansi Antimikroba Merupakan Silent Pandemic
Lalu, mengapa resistansi antimikroba ini disebut sebagai silent pandemic?
Benjamin menjelaskan, jumlah kematian yang tinggi tersebut memang sangat mengkhawatirkan dan tidak terjadi di hanya satu atau dua negara. Namun, rendahnya kekacauan yang dihasilkan oleh kondisi ini yang membuat AMR disebut sebagai silent pandemic.
"Masalah AMR memang terlihat tenang, tapi angka kasusnya terus meningkat."
Kecepatan munculnya AMR jauh melebihi penemuan antibiotik baru yang ampuh.
Advertisement
Dampak dan Bahaya Resistansi Antimikroba
Lebih lanjut, Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dr. Kalsum Komaryani MPPM menjelaskan bahwa resistensi antimikroba dan juga antibiotik dapat berbahaya bagi tubuh.
Antimikroba merupakan obat yang penting untuk mengobati infeksi pada manusia dan hewan, yang diakibatkan oleh organisme jahat mikroba yang menyerang tubuh.
Sementara, antibiotik sendiri adalah obat yang dipergunakan untuk menyembuhkan infeksi yang terjadi akibat bakteri baik pada manusia maupun hewan.
Namun, jika seseorang yang sakit karena terinfeksi bakteri tidak menghabiskan antibiotik yang diresepkan atau seseorang yang terinfeksi virus mengonsumsi antimikroba, maka bisa terjadi resistensi antibiotik.
"Mereka akan berpotensi mengalami sakit yang lebih berat dan risiko kematian yang lebih tinggi, dibanding mereka ynag tidak memiliki resistansi antimikroba ini," jelas Kalsum.
Penyakit akan jadi sulit disembuhkan dan bakteri menjadi kebal terhadap berbagai jenis antibiotik.
Reporter: Lianna Leticia
Infografis 5 Tips Kuatkan Daya Tahan Mental agar Tubuh Lebih Sehat Cegah Covid-19
Advertisement