Tak Diubah, BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Global 2021 Sentuh 5,7 persen

Bank Indonesia (BI) tetap memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global dikisaran 5,7 persen tahun 2021.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Nov 2021, 15:10 WIB
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) tetap memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global dikisaran 5,7 persen tahun 2021, dan BI menilai perbaikan pertumbuhan ekonomi global akan terus berlanjut di tahun 2022.

“Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 sekitar 5,7 persen, dan tetap akan  baik pada tahun 2022,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan November 2021, Kamis (18/11/2021).

Dia menjelaskan, pemulihan ekonomi dunia sesuai perkiraan meskipun dibayangi gangguan rantai pasok dan keterbatasan energi. Pada kuartal III 2021 pertumbuhan ekonomi di berbagai negara seperti di AS, Tiongkok dan Jepang mengalami keterlambatan akibat kenaikan kasus varian delta covid-19 serta gangguan rantai pasok dan energi.

Namun, disisi lain pertumbuhan ekonomi di Eropa tetap tinggi didorong oleh pembukaan ekonomi yang semakin luas. Selanjutnya, BI memprediksi di kuartal IV 2021 pemulihan ekonomi global diperkirakan terus berlangsung.

“Hal ini dikonfirmasi oleh berbagai indikator BI hingga Oktober 2021, seperti Purchasing Managers Index, keyakinan konsumen, dan penjualan ritel termasuk mulai berkurangnya keterbatasan energi di Tiongkok,” ujarnya.

Disisi lain, kata Gubernur BI, kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga terus berlanjut, sehingga menopang prospek dan kinerja ekspor negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Meskipun ketidakpastian pasar keuangan global belum sepenuhnya mereda karena didorong oleh kekhawatiran normalisasi kebijakan moneter global yang lebih cepat, sejalan dengan kenaikan inflasi yang terus berlangsung.

“Perkembangan tersebut mengakibatkan terbatasnya aliran modal dan tentu saja tekanan nilai tukar negara-negara berkembang termasuk Indonesia,” katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Perbaikan Ekonomi

Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski pertumbuhan ekonomi masih di level negatif, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut setidaknya ada perbaikan di kuartal III 2020. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara, di dalam negeri perbaikan ekonomi domestik diperkirakan terus berlangsung secara bertahap, kinerja ekonomi kuartal III tahun 2021 tercatat tumbuh positif sebesar 3,5 persen YoY meskipun lebih rendah dibanding  capaian kuartal sebelumnya sebesar 7,07 persen.

“Perkembangan tersebut ditopang dengan tetap tingginya ekspor di tengah tertahannya konsumsi rumah tangga dan investasi,” ujarnya.

Selain itu, Pertumbuhan ekonomi domestik juga didukung oleh kinerja positif lapangan usaha, seperti industri pengolahan, pertambangan, dan perdagangan. Serta kinerja ekonomi di wilayah Sulawesi, Maluku, Papua, Kalimantan dan Sumatera.

Kinerja ekonomi diperkirakan meningkat di kuartal IV 2021 didukung oleh perbaikan kinerja ekspor, kenaikan belanja fiskal pemerintah, maupun peningkatan konsumsi dan investasi.

“Hal ini tercermin dari kenaikan indikator hingga awal November 2021, seperti mobilitas masyarakat yang meningkat, penjualan eceran, ekspektasi konsumen, PMI serta realisasi ekspor dan impor,” pungkasnya.   

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya