PBB Minta Pemberontak Yaman Lepaskan Stafnya yang Disandera

PBB menyebut, stafnya ditangkap pada 5 dan 7 November di ibu kota yang kini dikuasai pemberontak Yaman.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2021, 09:03 WIB
Militan Houthi menguasai Hodeidah yang menjadi pelabuhan utama di Yaman (AP Photo)

Liputan6.com, Sanaa - PBB pada Rabu (17/11), menyerukan pembebasan segera dua pegawainya yang kini ditahan oleh pemberontak Houthi di ibu kota Yaman, Sanaa.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric mengatakan kedua staf PBB berkebangsaan Yaman itu ditahan tanpa penjelasan, dan penahanan mereka telah melanggar status imunitas internasional yang dimiliki oleh kedua staf PBB tersebut.

"Sekretaris jenderal sangat prihatin dengan penangkapan dan penahanan dua anggota stafnya di Saana oleh (pasukan) Houthi pada awal bulan ini," kata Dujarric, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (18/11/2021).

Sejak ditangkap pada 5 dan 7 November di ibu kota yang kini dikuasai pemberontak, kedua staf tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga dan kantor tempat mereka bekerja, kata Dujarric.

Seorang pegawai yang ditangkap itu bekerja untuk UNESCO, sementara pegawai yang lain bekerja di departemen hak asasi manusia PBB.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Penahanan Staf PBB Terus Berlanjut

Anak-anak sekolah difoto saat berjalan di sebuah kamp untuk pengungsi internal di pinggiran kota Marib di timur laut Yaman (26/10/2021). Kamp pengungsi ini merupakan benteng utara terakhir pemerintah Yaman yang didukung Saudi. (AFP/STR)

Pekan lalu pemberontak Houthi, yang mendapatkan dukungan Iran, mengatakan mereka memberikan jaminan bahwa kedua staf tersebut akan dibebaskan.

Namun hingga saat ini, faktanya mereka masih tetap ditahan, dan ini "melanggar hak istimewa dan imunitas yang dimiliki oleh PBB," kata juru bicara itu.

Pekan lalu Amerika Serikat (AS) meminta para pemberontak untuk membebaskan warga lokal Yaman yang bekerja untuk kedutaan Amerika setelah kompleks diplomatik diterobos oleh pasukan Houthi.

AS memindahkan kegiatan operasional kedutaannya ke Arab Saudi pada tahun 2015 karena perang di Yaman.

Dujarric menolak mengatakan apakah kedua kasus itu saling berkaitan.

Perang di Yaman yang telah berlangsung selama tujuh tahun itu telah mengakibatkan krisis yang digambarkan PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Sekitar 80 persen dari 30 juta penduduk Yaman kini bergantung pada bantuan agar dapat bertahan hidup.


Infografis Bencana Kelaparan di Tengah Perang Yaman

Infografis Bencana Kelaparan di Tengah Perang Yaman (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya