Ini Kunci Penting Indonesia Capai Target Carbon Neutral 2060

Beralihnya masyarakat dari kendaraan BBM ke listrik juga akan menekan impor BBM.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Nov 2021, 16:21 WIB
Teknologi fast charging pada mobil listrik BMW i8 Roadster dipamerkan dalam GIIAS 2019 di ICE BSD, Tangerang, Jumat (19/7/2019). Konsumsi bahan bakar gabungan dalam siklus pengujian kendaraan plug in hybrid adalah 47,6 km/liter, ditambah 14.5 kWh energi listrik per 100 km. (Liputan6.com/FeryPradolo)

Liputan6.com, Jakarta Satu hal disebut menjadi kunci keberhasilan Indonesia mengejar net zero carbon 2060. Target Indonesia ini bergantung pada keberhasilan masyarakat beralih dari kendaraan berbasis bahan bakar minyak ke kendaraan listrik.

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran mengatakan, peran sektor kelistrikan berfungsi mendorong aktivitas ekonomi sekaligus mendukung geliat industri nasional.

Menurut dia, kaitannya dengan transisi energi, peningkatan demand listrik punya peran strategis dalam target Carbon Neutral 2060.

"Program transisi energi idealnya juga didukung dari sisi hilir (peningkatan demand). Jika sudah ada peningkatan demand, maka dari sisi hulu lebih mudah beralih," ujarnya, Kamis (18/11/2021).

Salah satu ceruk yang dapat dimanfaatkan dikatakan berasal dari sektor transportasi. Itu mengingat kontribusi emisi CO2 dari sektor tersebut sangat besar.

Dengan adanya transisi kendaraan berbasis bahan bakar minyak menjadi listrik, upaya mereduksi emisi CO2 secara besar-besaran dapat dilakukan.

"Kalau sektor transportasi emisinya direduksi, sementara sumber listriknya juga berasal dari EBT, maka target-target pemerintah terkait net zero carbon lebih realistis untuk dicapai," ujarnya.

Komitmen pemerintah dalam net zero carbon pada 2060, lanjut Tumiran, patut diapresiasi. Hanya saja, implementasi program di lapangan perlu menyelaraskan kebutuhan badan usaha dalam hal ini PLN.

"Pembangkit EBT struktur biayanya tinggi. Makanya, kita mendukung PLN sebagai ujung tombak transisi energi dengan memastikan implementasi mobil listrik, kompor induksi, dan sebagainya lebih massif," tambahnya.

 


Tekan Impor BBM

PLN berinisiatif berfokus pada pengembangan mobil listrik di Indonesia, Rabu (27/10/2021) (Foto: PLN)

Tak hanya itu, beralihnya masyarakat dari kendaraan BBM ke listrik juga akan menekan impor BBM.

Berdasarkan roadmap yang disusun Kementerian ESDM, potensi jumlah kendaraan listrik di Indonesia pada 2030 mencapai 2,2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik dengan 31.859 unit SPKLU.

Jumlah kendaraan listrik ini diharapkan bisa menekan impor BBM sekitar 6 juta kiloliter pada tahun tersebut.

Selain mampu mereduksi emisi, berhasilnya program kendaraan listrik juga akan memangkas pengeluaran konsumen dari sisi biaya energi.

Mengutip keterangan resmi PLN, dari sisi penghematan, pengendara mobil listrik hanya perlu merogoh kocek Rp 10.000 saja untuk menempuh jarak 72 kilometer (km). 

Jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak (BBM), maka dengan jarak tempuh 72 kilometer, masyarakat harus merogoh kocek sekitar Rp 60.000 dengan asumsi harga BBM, Rp 9.000 per liter.

Selain mendukung terbentuknya ekosistem kendaraan listrik, PLN telah mencanangkan peta jalan yang komprehensif menuju NDC 2030 dan Neutral Carbon 2060.

BUMN Kelistrikan itu menargetkan menghasilkan pengurangan emisi sebesar 900 juta ton CO2 ekivalen pada 2060.

Target tersebut akan dicapai melalui sejumlah strategi yaitu mengembangkan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke EBT, pengembangan pembangkit gas, menerapkan teknologi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ramah lingkungan.

PLN juga akan memensiunkan PLTU, penerapan co-firing, melakukan penerapan efisiensi dan menurunkan susut jaringan, percepatan memensiunkan PLTU, Carbon Capture and Storage(CCS), serta penerapan co-firing berbasis hidrogen.

Sebagai ujung tombak menuju Carbon Neutral 2060, PLN setidaknya membutuhkan investasi mencapai USD 500 miliar untuk beralih dari skenario business as usual (BAU) menjadi carbon neutral dengan biaya mitigasi senilai USD 35 - USD 40 per ton CO2 ekivalen. Untuk itu, dibutuhkan dukungan berbagai pihak untuk mencapai target tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya