Saham Paytm yang Didukung Warren Buffett Turun 27 Persen Saat Perdagangan Perdana

Paytm saat perdagangan perdana di Bombay Stock Exchange ditutup melemah 27 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2021, 04:31 WIB
Ilustrasi dompet digital, e-wallet, pembayaran dengan QR Code. Kredit: David Dvořáček via Unsplash

Liputan6.com, New Delhi - Bursa saham India mendapatkan momentum pada 2021 seiring banyak perusahaan rintisan atau startup menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Paytm saat perdagangan perdana  di Bombay Stock Exchange (BSE) pada Kamis, 18 November 2021, harga saham langsung tergelincir ke posisi 1.955 rupee atau USD 26 (setara Rp 369.741 dengan estimasi kurs Rp 14.220 per dolar AS).

Nilai ini berada di  bawah harga penawaran awal yakni 2.150 rupee atau USD 28,60 (setara Rp 406.715). Saat ini nilai perusahaan sekitar USD 15 miliar atau Rp 213,3 triliun. Saham Paytm turun 27 persen menjadi 1.564 rupee atau USD 21 (Rp 298.667).

Startup pembayaran digital ini berhasil mengumpulkan sebanyak 183 miliar rupee setara USD 2,5 miliar (atau Rp 35,5 triliun) selama penawarn umum perdananya. Nominal ini merupakan pencapaian terbesar di India. Torehan ini melampaui IPO Coal India pada 2010. Ketika itu, Coal hanya mengantongi 155 miliar rupee atau USD 3,48 miliar (setara Rp 49,4 triliun), menurut data Refinitiv.

“Hasil IPO Paytm tidak diragukan lagi. Keberhasilan ini lantas menarik perhatian besar dari pasar dan perusahaan terkejut,” ujar president dan CFO Paytm Madhur Deora dilansir dari laman CNN, Jumat (19/11/2021).

Dia merupakan mantan bankir investasi dan terlah bekerja di Paytm selama lima tahun. Paytm merupakan perusahaan rintisan dengan kinerja baik di India. Debut perdagangan di bursa otomatis dicermati oleh investor profesional dan pemula. IPO Paytm mendapat beberapa dokongan mulai dari investor Warren Buffet, Masayoshi Son dan Alibaba (BABA).

India telah melahirkan startup yang bernilai miliaran dolar selama bertahun-tahun. Namun, tren serbuan unicorn untuk go public baru merajalela beberapa bulan terakhir.

"Banyak simpatisan dan teman-teman mengirimi saya pesan, mengatakan, 'Oh, saya sedang berdoa di Kuil Emas untuk kesuksesan Paytm,” ujar Deora.

Hal ini juga dilakukan oleh Founder Paytm Vijay Shekhar Sharma yang beribadah guna mendapatkan berkah di Kuil Titupati, tempat ibadah terkenal di India. Dia melakukan hal itu bertepatan peluncuran IPO perusahaan pada Senin, 8 November 2021.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sentimen Positif bagi Perusahaan

Ilustrasi Pembayaran Digital (Photo by Blake Wisz on Unsplash)

Hari itu juga menandai lima tahun sejak Perdana Menteri Narendra Modi melarang dua uang kertas terbesar di India. Langkah itu sangat mengganggu perekonomian negara tetapi membantu Paytm tumbuh kian besar.

"Perusahaan menandatangani 10 juta pengguna baru dalam waktu satu bulan. Prestasi ini membuat Paytm mengukir sejarah baru di India,” ungkap Sharma.

Larangan dua mata uang itu ternyata memberi berkat.  Sekarang, platform pembayaran ini menjadi yang terbesar pada salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Dari data pengajuan IPO perusahaan,  telah memiliki 337 juta konsumen terdaftar dan 22 juta pedagang.

Pada upacara pencatatan pada Kamis, 18 November 2021, Sharma yang emosional mengungkapkan tujuan perusahaan membawa jutaan orang India ke dalam ekonomi arus utama sebagai ibadah.


Dualisme IPO Paytm

Ilustrasi pembayaran digital

Antusiasme dari investor asing membuat perusahaan mengantongi USD 1,1 miliar setara Rp 15,6 triliun dari Dewan Investasi Rencana Pensiun Kanada, BlockRock sebelum resmi membuka IPO. Pada hari-H, Founder Softbank (SFTBF) dan investor Paytm Son menyatakan IPO stratup pembayaran digital ini harus luar biasa.

Sayangnya, banyak media dalam negeri malah meremehkan IPO Paytm. Platform pembayaran daring masih membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan investor dari hasil IPO. Argumen disampaikan untuk membandingkan penawaran publik Paytm dengan perusahaan pengirim makanan Zomato dan e-commerce Nykaa.

"Saya pikir cerita sebenarnya di sini adalah seseorang bertujuan untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya dan banyak pemikiran tidak dapat dilakukan di pasar modal India," kata Deora sebagai tanggapan atas argumen yang beredar.

Analis India pun menuturkan rasa khawatir terkait apakah perusahaan dapat membenarkan harga sahamnya. Perusahaan yang berbasi di Noida, membukukan kerugian 17 miliar rupee  atau USD 230 juta tahun lalu. Sementara pendapatanya sekitar 31,86 miliar rupee  atau USD 430 juta yang meninsyaratkan keuntungan tidak dalam waktu dekat.

"Kami berharap supaya mengalami kerugian bersih di masa mendatang dan kami mungkin tidak mencapai profitabilitas di masa depan. Perusahaan pun masih harus menggelontorkan banyak biaya guna perekrutan, pemasaran dan pembangunan infrastruktur," katanya saat pengajuan IPO.

Deora menjelaskan Paytm pernah berada di fase investasi super tinggi. Perusahaan mampu menciptakan banyak daya tarik terhadap konsumen agar masuk dalam perdagangan platformnya.

Hasil evaluasi selama dua tahu, perusahaan menemukan solusi paling efektif adalah guna mempertahankan pengguna maka Paytm harus menghabiskan biaya sedikit lebih besar. 

"Tujuan kami adalah menjangkau 500 juta orang India jadi kami akan terus membelanjakannya untuk pemasaran,” imbuh Deora.

Ketika biaya data dan internet di India turun, negara dengan jumlah penduduk sebanyak 1,3 miliar akan online dengan cepat. Paytm mengharapkan jumlah pengguna gawai pintar di India mencapai 800 juta dalam lima tahun ke depan. Sehingga memberikan pertumbuhan signifikan untuk bisnisnya.


Rencana dan Potensi Paytm

Ilustrasi pembayaran digital

Analis menunjukkan adanya persaingan yang meningkat terutama karena Facebook ( FB ) dan Google ( GOOGL ) telah bergabung ke dalam pasar dengan meluncurkan sistem pembayaran seluler. Platform ini memanfaatkan Unified Payments Interface (UPI), teknologi yang didukung pemerintah India.

Meskipun begitu, presiden sekaligus CFO Paytm tidak khawatir sama sekali. Pasalnya pembayaran berbasis UPI hanya serupa dengan satu bagian dari bisnis Paytm. Sedangkan, kini perusaahn telah berkembang sebagai platform perdagangan, pinjaman, dan sektor lainnya.

Fitur teranyar adalah layanan keuangan adalah bagian yang relatif baru dari bisnis perusahaan. Bagi Deora mengatakan dia senang atas kesempatan untuk menjadi demokratis dengan pinjaman.

Hal ini karena dapat menjangkau semua orang mulai dari wiraswasta hingga pekerja berupah harian. Perusahaan berencana untuk memperkuat bisnis ini dengan uang yang telah dikumpulkan.

"Sebagian besar orang India tidak memiliki akses ke kredit formal. Mereka hanya tidak memiliki riwayat kredit. Jadi ada banyak dari warga India tidak terlayani atau tidak terlayani. Paytm merupakan pasar besar yang menyediakan akses kredit dengan mudah” ungkapnya.

Paytm telah bermitra dengan berbagai bank termasuk pemberi pinjaman swasta terbesar di negara itu, HDFC. Sehingga bisa menyediakan layanan mulai dari pinjaman pribadi hingga opsi beli sekarang bayar nanti atau buy now pay later (BNPL).

“Bayar nanti sangat sesuai dengan kebutuhan generasi muda milenial di India. Banyak dari mereka hanya merasa proses mendapatkan kredit di tempat lain tidak cocok untuk mereka,” tutur Deora.

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya