5 Hal tentang Moeldoko yang Diusir Massa Acara Kamisan di Semarang

Dalam video viral, Moeldoko yang saat itu turut didampingi Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mencoba membuka dialog kepada massa acara Kamisan yang tengah menyuarakan aspirasi terkait isu HAM.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2021, 16:38 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menemui massa aksi Kamisan yang memenuhi Taman Signature Kota Semarang Jawa Tengah, Kamis (18/11/2021). (Foto: dokumentasi Kantor Staf Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko diusir saat menemui para pengunjuk rasa dari massa Kamisan yang tengah menyerukan tuntutan terkait Hak Asasi Manusia (HAM) di Taman Signature Kota Semarang, Jawa Tengah.

Dalam video viral yang beredar, Moeldoko yang saat itu turut didampingi Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mencoba membuka dialog kepada massa yang tengah menyuarakan aspirasi.

Beberapa kali usaha Moeldoko dimentahkan oleh massa dan menyebut pelanggar HAM tidak diperbolehkan bicara soal HAM.

"Para pelanggar HAM tidak boleh bicara HAM !," kata pengunjuk rasa melalui pengeras suara, Kamis, 18 November 2021.

Untuk diketahui aksi Kamisan telah berlangsung selama 14 tahun terakhir. Tuntutan penuntasan dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di Tanah Air terus disuarakan keluarga dan para aktivis HAM di Tanah Air.

Aksi Kamisan ini pertama kali digagas oleh tiga keluarga korban dugaan pelanggaran HAM berat, yaitu Maria Katarina Sumarsih, Suciwati, dan Bedjo Untung.

Berikut sederet hal terkait pengusiran yang dilakukan massa aksi Kamisan terhadap Kepala KSP Moeldoko dihimpun Liputan6.com:


1. Kronologi Diusirnya Moeldoko

Melihat dari video yang diunggah Cornel Gea dari akun Twitter pribadinya, awalnya Moeldoko coba membuka komunikasi. "Ya teman-teman sekalian," kata Moeldoko.

Namun, kalimat yang disampaikan Moeldoko langsung dimentahkan dengan teriakan massa aksi. Belum ada kata-kata lanjutan disampaikan, Moeldoko langsung diteriaki dan diusir.

"Pergi kami bukan teman-teman kalian, oligarki," lantang massa.

Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mendapat penolakan keras saat hendak berbicara dengan kelompok massa aksi Kamisan di Semarang.

Moeldoko yang masih mencoba bertahan, mencoba kembali bersuara. Namun teriakan serupa dan memintanya pergi semakin keras.

Moeldoko pun akhirnya angkat kaki dan aksi massa Kamisan pun berlanjut. Sebagai informasi, aksi itu berlangsung di Taman Signature, seberang Mall Paragon. Tidak ada bentrok saat kejadian tadi.

Moeldoko tidak sendiri, hadir bersama Wali Kota Semarang Hendrar Prihardi dan Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara.

 


2. Berkomunikasi dengan Massa soal HAM

Moeldoko menegaskan pemerintah tidak menghindar dari persoalan Hak Azasi Manusia (HAM). Hal tersebut menjawab penolakan para massa aksi Kamisan Semarang, Jawa Tengah.

"Pemerintah sama sekali tidak menghindar dari persoalan HAM, tidak menutup mata dan telinga," kata Moeldoko dalam video berdurasi kurang lebih 8 menit, Jumat(18/11/2021).

Pemerintah memberikan kepedulian. Hal itu kata dia untuk menyelesaikan persoalan HAM tersebut.

"Pertanyaannya kenapa saya datang? Kan begitu itulah sebuah wujud. Kalau kami tidak peduli, kami tidak datang untuk melihat dan mendengarkan. demikian," pungkasnya.

Untuk diketahui dari video berdurasi 2,12 detik yang diunggah Pengacara LBH Semarang, Cornel Gea dalam akun media sosialnya. Terlihat Moeldoko ingin mengutarakan sesuatu tetapi langsung ditolak oleh mereka.

"Ya teman-teman sekalian," Moeldoko mencoba untuk berbicara dengan mereka.

Tetapi ajakan Moeldoko pun langsung ditolak. Mereka meminta agar mantan Panglima TNI tersebut meninggalkan tempat.

"Kami bukan teman bapak, sudah pulang saja. Pelanggar HAM enggak boleh ngomong. Sudah Pak kami tidak mau mendengar omongan bapak. Pelanggar HAM," teriak mereka.

 


3. Yakinkan Massa Pemerintah Tak Mengindar Terkait HAM

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan kedatangannya ke acara Kamisan di Semarang, Jawa Tengah untuk memahami apa yang disuarakan oleh pengunjuk rasa kepada pemerintah.

Moeldoko menjelaskan bahwa dirinya mendapat laporan dari Wali Kota Semarang Hendar Prihadi bahwa ada unjuk rasa yang menyuarakan persoalan HAM di Indonesia.

Dia lalu memutuskan untuk mendatangi massa aksi bersama Wali Kota Semarang dan Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara.

"Intinya adalah saya ingin memahami apa yang sedang dia sampaikan kepada pemerintah atas berbagai persoalan tentang masa lalu. Saya datang ke sana untuk melihat berbagai spanduknya," jelas Moeldoko melalui sebuah video yang dibagikan kepada wartawan, Jumat (19/11/2021).

Dia pun mencoba mengajak massa aksi Kamisan untuk berbicara dan mendegarkan tuntutan mereka. Namun, massa aksi menolak kedatangan Moeldoko dan mengusirnya.

"Saya mencoba untuk berbicara dengan mereka, tapi berbagai suara dari mereka tidak menginginkan atas apa yang disampaikan," katanya.

 


4. Moeldoko Sebut Pemerintah Tak Anti-Kritik

Moeldoko juga menyatakan pemerintah selalu serius menyelesaikan berbagai persoalan dan kasus HAM yang ada. Terlebih, penyelesaian masalah HAM merupakan salah satu janji Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk menyelesaikan masalah HAM karena ini merupakan salah satu janji Presiden yang harus dituntaskan," kata dia.

Kepada pengunjukrasa, Moeldoko mengakui jika tidak mudah menyelesaikan persoalan HAM yang ada. Adapun aksi Kamisan tersebut mengkritisi penyelenggaraan Festival HAM 2021 yang dianggap memberikan panggung bagi para pelanggar HAM.

Komisioner Komnas HAM juga turut menemui pendemo bersama Moeldoko. Dia memastikan bahwa Komnas HAM akan terus mencari solusi penyelesaian HAM.

"Pak Moeldoko ada di sini jadi bukti pemerintah mendukung Komnas HAM untuk menyelesaikan kasus-kasus HAM. Kami terus mendorong dan mengajak berbagai elemen untuk berkolaborasi bersama mencari solusi terbaik bagi bangsa," tutur Beka Ulung Hapsara.

 


5. Alasan Peserta Kamisan Tolak Moeldoko

Sementara itu, dikutip dalam keterangan tertulis, Cornel Gea menjelaskan alasan masa aksi mengusir Moeldoko lantaran tidak ingin aksi tersebut sebagai wadah oligarki bicara. Sebab aksi tersebut adalah tempat untuk panggung rakyat bukan para pejabat.

"Moeldoko, Hendardi sudah disiapkan panggung yang nyaman dibayar pakai uang rakyat dalam festival HAM, kenapa masih juga mau mengambil panggung rakyat," katanya.

 

Muhammad Fikram Hakim Suladi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya