BTN Bakal Terbitkan Efek Beragun Aset dan Obligasi pada 2022

BTN menggeser penggalangan dana dari pasar modal pada 2022 seiring likuiditas yang positif pada 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Nov 2021, 17:02 WIB
Pengunjung melihat maket rumah pada peluncuran Plaza KPR dan KPR Hotline di Jakarta, Selasa (12/12). Plaza KPR merupakan gerai khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai KPR PT BTN (Persero). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau disebut BTN bersiap kembali menghimpun dana dari pasar modal dengan menerbitkan Efek Beragun Aset (EBA) dan obligasi pada 2022.

Strategi tersebut akan digelar untuk menopang target bisnis BTN pada 2022, terutama dalam rangka pemenuhan kebutuhan hunian di Indonesia.

Direktur Finance, Planning, & Treasury BTN Nofry Rony Poetra mengatakan, setiap tahun perseroan aktif menghimpun dana dari pasar modal. Namun, kondisi likuiditas yang cukup positif pada 2021 membuat BTN menggeser opsi tersebut pada 2022.

Tidak hanya itu, Nofry menambahkan, BTN juga akan menyasar nasabah ritel pada 2022. Lantaran, perseroan melihat potensi besar pada nasabah ritel yang mulai melirik instrumen investasi selain saham.

"Kami akan melanjutkan proses sekuritisasi pada kuartal pertama di 2022. Kami akan menyasar tidak hanya nasabah institusional, tapi juga nasabah ritel yang mulai berinvestasi di EBA ritel," ujar Nofry  dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (19/11).

Untuk obligasi, Nofry menuturkan pihaknya masih akan memantau arah pergerakan suku bunga acuan.

"Kami akan melakukan penerbitan obligasi sebelum bank sentral menaikkan suku bunga acuan," ujarnya.

Sementara itu, hingga 30 September 2021, emiten perbankan bersandi saham BBTN ini mencatatkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

BTN berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp270,27 triliun per 30 September 2021 atau naik 6,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp254,91 triliun.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit BBTN dengan kenaikan sebesar 11,74 persen yoy menjadi Rp129,98 triliun pada 30 September 2021.

Kemudian, KPR Non-Subsidi juga turut menunjukkan kenaikan di level 2,11% yoy menjadi Rp81,88 triliun per 30 September 2021.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gerak Saham BBTN

Layar informasi pergerakan harga saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan Jumat, 19 November 2021, saham BBTN naik 1,13 persen ke posisi Rp 1.795 per saham. Saham BBTN dibuka stagnan Rp 1.775 per saham.

Saham BBTN berada di level tertinggi Rp 1.800 dan terendah Rp 1.770 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.179 kali dengan volume perdagangan 165.258. Nilai transaksi Rp 29,6 miliar.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya