5 Strategi Samsung Cegah Serangan Siber di Smartphone Pengguna

Samsung mengungkapkan apa saja yang mereka lakukan untuk melindungi perangkat smartphone-nya dari serangan siber.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 22 Nov 2021, 09:30 WIB
Ilustrasi Samsung Knox (Dok. Samsung Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu merek smartphone yang paling banyak digunakan di dunia, Samsung menyatakan komitmen mereka untuk melindungi pengguna dari serangan siber.

Samsung mengatakan, menjaga keamanan smartphone saat ini menjadi lebih penting, terutama dengan diincarnya ponsel oleh para peretas karena perangkat ini banyak digunakan.

Dalam siaran persnya, ditulis Sabtu (20/11/2021), Samsung mengutip perusahaan keamanan siber, IronNet, yang melaporkan bahwa serangan siber meningkat 168 persen antara Mei 2020 dan Mei 2021.

Samsung pun mengungkapkan bagaimana strategi mereka dalam melindungi smartphone para penggunanya serangan siber.

1. Akses backdoor tanpa persetujuan

Samsung menyebut, di luar mereka, pengembang secara rutin membuat backdoor untuk aplikasi, dan bahkan sistem operasi selulernya, sehingga bisa memperoleh akses yang mudah saat perlu melakukan troubleshooting.

"Namun, peretas dapat menemukan backdoor ini, yang biasanya melompati satu atau semua pengaman siber pada perangkat yang dimaksud," kata Samsung.

Untuk mencegah akses backdoor tanpa persetujuan, perusahaan pun meminta pengguna tidak mengunduh aplikasi tak resmi.

Mngunduh perangkat lunak selain yang dipasang pabrikan sejak awal, untuk mendapat akses penuh ke sistem operasi perangkat, juga dapat mengundang malware atau spyware yang mengarah ke akses backdoor tanpa persetujuan.

Samsung mengatakan, mereka telah merancang, membuat, dan memvalidasi setiap chip komputer, kabel, komponen perangkat keras sebelum menggunakannya, untuk memproduksi perangkat pintarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kata Sandi yang Lemah atau Berulang

Galaxy A52s 5G menjadi official smartphone untuk Piala Presiden Esports 2021 dan MLP Season 8 Indonesia 2021 (Foto: Samsung).

2. Password yang bocor, lemah, atau dipakai berulang

Survei IBM di bulan Agustus 2021 menyebutkan, 86 persen konsumen di Asia Pasifik mengakui mereka menggunakan kembali kata sandi yang sama di beberapa akun daring.

Menurut Samsung, hal ini merupakan sebuah kebiasaan privasi data yang buruk, di mana satu serangan bisa membuat seluruh jejak internet pengguna rentan disalahgunakan peretas.

Samsung pun mengatakan, perangkat mereka dilengkapi teknologi autentikasi biometrik seperti Ultrasonic Fingerprint, sehingga akses ke data pengguna dapat dilindungi meskipun perangkat Anda hilang atau dicuri. Teknologi ini dikenal sebagai Samsung Pass 3.

"Alat autentikasi biometrik ini juga memungkinkan pengguna dengan mudah mengakses kredensial masuk tanpa perlu mengingat nama pengguna dan kata sandi yang tak terhitung jumlahnya," tulis mereka.

Untuk meningkatkan perlindungan data, Samsung juga telah melengkapi perangkat dengan Knox Vault, prosesor aman yang beroperasi secara independen dari CPU utama.

Knox Vault mengisolasi data biometrik dengan aman dari bagian lain ponsel, sehingga tidak ada yang bisa mendapatkan data pengguna.


Ancaman dari WiFi

Ilustrasi wifi (Sumber: Pexels)

3. Wi-Fi Gratis yang tak sepenuhnya gratis

Samsung mengatakan, layanan Wi-Fi publik juga memberikan peluang bagi peretas untuk mencuri data. Hal ini karena data yang dikirim melalui web, mungkin jatuh ke tangan mereka saat menggunakan jaringan publik.

Samsung pun mengatakan, mereka telah memasang Secure Wi-Fi di perangkatnya, untuk mengenkripsi lalu lintas internet keluar, serta menonaktifkan pelacakan data di aplikasi dan situs web.

4. Serangan phishing yang mengambil data sensitif

Phishing adalah jenis serangan di mana penjahat siber mengelabui korban untuk menyerahkan informasi sensitif atau memasang malware, menyamar sebagai tautan, lampiran, atau bahkan aplikasi yang sah, di perangkat mereka.

Setelah peretas memiliki akses ke informasi sensitif Anda, mereka dapat menggunakannya untuk meminta tebusan, mencuri informasi pribadi Anda, melakukan kejahatan lain, bahkan melakukan pembelian dengan informasi kartu kredit.

Untuk ini, Samsung melindungi perangkat mereka dengan Device Protection di Samsung Device Care, yang terus memindai perangkat dari malware atau aktivitas mencurigakan.

Mereka juga memperingatkan pengguna saat salah memasang aplikasi berbahaya, melalui deteksi melalui perlindungan McAfee.

"Selain itu, Samsung Secure Folder menjaga keamanan data dan mengisolasi aplikasi bermasalah di dalam folder untuk menjauhkan aplikasi dari informasi pribadi pengguna," imbuh perusahaan asal Korea Selatan ini.

 


Kerentanan yang Belum Ditambal

Ilustrasi keamanan siber smartphone (Dok. Samsung Indonesia)

5. Kerentanan zero-day

Kerentanan zero-day adalah kerentanan dalam sistem atau perangkat yang telah ditemukan tetapi belum ditambal.

"Ini bisa sangat berbahaya karena penjahat dunia maya menargetkan kelemahan dalam sistem sebelum pengembang atau publik menyadarinya," tulis Samsung.

Untuk mengatasi ini, Samsung menggunakan Samsung Knox, yang menawarkan perlindungan secara real time, selalu secara aktif melindungi perangkatAnda dari serangan data atau malware.

"Ini berarti bahwa upaya tidak sah untuk mengakses atau memodifikasi ponsel Anda diblokir secara real time," kata Samsung.

Saat pengguna melakukan reboot pada smartphone Samsung, Secure Boot diaktifkan untuk mendeteksi perangkat lunak yang tidak sah dan memblokir upaya untuk menyusupi perangkat melalui keamanan berlapis tingkat militer.

"Jika smartphone di-boot dalam keadaan tidak disetujui,Samsung Knox akan secara otomatis mengunci aplikasi yang berisi data sensitif seperti Samsung Pass, Secure Folder, atau Samsung Health."

(Dio/Isk)


Infografis Dampak Dugaan Kebocoran Data Aplikasi eHAC dan Antisipasinya

Infografis Dampak Dugaan Kebocoran Data Aplikasi eHAC dan Antisipasinya. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya