Waspada, Game Online Bisa Dijadikan Tempat Penyebaran Teori Konspirasi dan Perekrutan Penyebar Hoaks

Penyebar hoaks disebut-sebut menggunakan kontroversi Covid-19 dan game online sebagai tempat perekrutan generasi muda.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Nov 2021, 08:19 WIB
ilustrasi Hoax {Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok-kelompok ekstrimis penyebar hoaks disebut-sebut menggunakan kontroversi Covid-19 dan game online sebagai tempat perekrutan generasi muda.

Sean Arbuthnot, Koordinator Pencegahan Leicestershire, Inggris, menyebutkan bahwa sementara penyebar hoaks telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Menggunakan aplikasi dan platform online termasuk platform game online dan aplikasi obrolan seperti Discord untuk menjangkau generasi muda.

“[Beberapa] selama pandemi melakukan kampanye selebaran, di mana mereka akan mempromosikan narasi bahwa Covid-19 adalah tipuan, bahwa bangsal rumah sakit kosong, dan bahwa Anda tidak boleh mendapatkan vaksin,” ujar Arbuthnot, dilansir The Guardian, Jumat (19/11/2021).

“Jika Anda terlibat dengan mereka di platform YouTube, dan menelusuri bagian komentar, Anda kemudian dapat menemukan tautan ke ruang obrolan yang lebih terenkripsi atau kode atau tanda dan simbol sayap kanan ekstrem yang mungkin tergoda untuk Anda teliti,” tambahnya.

Penelitian Institut Pendidikan UCL menemukan adanya peningkatan pandangan ekstremis dan teori konspirasi yang tersebar di kalangan siswa. Guru yang berperan penting dalam hal ini menyebutkan bahwa mereka belum memiliki teknik pelatihan yang baik dan sumber daya yang cukup untuk menjelaskan kepada siswanya.

“Para guru yang kami ajak bicara mengatakan kepada kami bahwa jarang anak muda bergabung dengan kelompok ekstremis, tetapi sangat umum bagi anak muda untuk mengekspresikan pandangan ekstrem di sekolah,” ujar Becky Taylor dari UCL Institute of Education.

Owen Jones, Direktur Pelatihan dan Pendidikan Hope Not Hate juga mengatakan bahwa mereka melihat siswa muda terlibat dalam kelompok ini, termasuk anak laki-laki berusia 13 tahun, yang sering menggunakan aplikasi perpesanan Telegram.

Menanggapi hal ini, Geoff Barton, sekretaris jenderal Asosiasi Pimpinan Sekolah dan Perguruan Tinggi, mengatakan perlu dilakukan peningkatan dukungan bagi sekolah dalam mengatasi masalah tersebut, serta lebih banyak tindakan yang dilakukan oleh pihak platform untuk memblokir dan menghapus konten berbahaya dan regulasi online yang kuat.

(Penulis: Azarine Jovita Halim/Universitas Multimedia Nusantara)

Sumber: https://www.theguardian.com/uk-news/2021/nov/19/extremists-using-online-gaming-and-covid-conspiracies-to-recruit-youngsters

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya