Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini wisata halal kembali ramai jadi bahan perbincangan. Tak sedikit orang yang masih belum memahami konsep tentang wisata halal itu seperti apa.
Tak hanya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) maupun pelaku wisata, Kementerian Agama atau Kemenag juga punya konsep tersendiri tentang wisata halal. Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid mengakui masih ada masyarakat yang keliru paham tentang wisata halal.
Baca Juga
Advertisement
Banyak yang khawatir wisata halal akan memberangus kearifan lokal. Wamenag mengatakan, keliru paham tentang wisata halal ini harus diluruskan.
Menurutnya, wisata syariah atau wisata halal bukanlah upaya Islamisasi wisata. Hal itu membuat kesan semua hal dalam lingkungan wisata tersebut disesuaikan dengan nilai-nilai syariah.
"Dalam syariat Islam, kita mengenal bahwa kebiasaan baik yang telah dijalankan oleh penduduk setempat tetap dipelihara dan dipertahankan. Tentunya selama itu tidak bertentangan dengan maqashid syariah," terang Wamenag dalam sebuah acara di Jakarta yang dikutip dari laman resmi Kemenag, 17 November 2021.
Zainut menambahkan, wisata Syariah atau wisata halal mengandung arti pemberian fasilitas bagi wisatawan muslim untuk dapat menunaikan kewajiban syariatnya di lokasi wisata tersebut. "Misalnya tersedianya makanan dan minuman yang telah dipastikan kehalalannya. Lalu ada fasilitas untuk beribadah, kemudahan untuk melakukan transaksi keuangan syariah, fasilitas hotel, sikap positif pelaku bisnis terhadap wisatawan dan lain sebagainya," terangnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ada di Negara Sekuler
Menurut Wamenag lagi, wisata halal sejatinya juga sedang menjadi tren di negara-negara lain, termasuk negara sekuler seperti Jepang, Korea, China dan lainnya. Namun mereka menggunakan istilah yang beragam yang hampir sama pengertiannya, seperti halal tourism, moslem friendly, dan sebagainya.
"Konsep wisata halal sebetulnya universal, sehingga dapat diterima oleh semua kalangan agama, masyarakat budaya, dan pemerintah," tambahnya. Wamenag berharap, pelaku industri halal dan ekonomi syariah terus berikhtiar, mengikis kesan eksklusivisme halal yang masih ada di tengah masyarakat.
Caranya, bisa melalui edukasi dan pencerahan seluas-luasnya tanpa perlu menimbulkan kerumitan baru, yaitu dengan menggali nilai-nilai yang selama ini sudah mengalir dalam dunia usaha.
Advertisement
Edukasi dan Sosialisasi
Sebelumnya, Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menegaskan aksi kekerasan terhadap hewan tidak mencerminkan wisata halal yang tengah didorong oleh Kemenparekraf. Melalui unggahan video di akun Instagram pribadinya @sandiuno, Sandiaga menyampaikan pendapatnya seputar kasus kasus kematian seekor anjing bernama Canon di Aceh yang diduga karena disiksa oleh oknum berseragam dengan alasan untuk menciptakan tempat wisata halal.
"Sekitar satu minggu terakhir, media sosial kita pada dasarnya didominasi oleh kasus di Aceh, di mana seekor anjing ditemukan mati karena penanganan yang buruk, karena beberapa aparat setempat berusaha membersihkan situs wisata halal, dan ini benar-benar sesuatu yang menyentuh hati saya," kata Sandiaga lewat unggahan di Instagram, 27 Oktober 2021.
Sandiaga meminta kepada Riyanto Sofyan selaku Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) untuk memastikan bahwa sudah melakukan edukasi dan sosialisasi terkait wisata halal. Pria yang akrab disapa Sandi ini juga mengungkapkan bahwa pariwisata halal tidak boleh menyakiti siapa pun. Dia berharap setelah pernyataan tersebut dikeluarkan tidak ada lagi aksi kekerasan terhadap hewan karena hal tersebut bukanlah bagian dari wisata halal.
4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Advertisement