Survei Antibodi Bisa Jadi Analisa Antisipasi Kenaikan COVID-19 Libur Nataru

Pentingnya survei antibodi untuk mengantisipasi libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 22 Nov 2021, 18:00 WIB
Warga disuntik vaksin COVID-19 gratis di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (26/6/2021). Vaksinasi ditargetkan dapat dilakukan kepada sekitar 8.000 hingga 10.000 peserta per hari. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, pentingnya survei antibodi di Indonesia untuk mengantisipasi libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Bahan survei dapat dijadikan analisis untuk melihat perkembangan kasus COVID-19.

"Data dari survei antibodi dapat dijadikan salah satu bahan analisa penting untuk menganalisa ada tidaknya gelombang ketiga COVID-19 atau setidaknya ada tidaknya ya," ungkap Tjandra melalui pesan singkat kepada Health Liputan6.com pada Senin, 22 November 2021.

"Dan seberapa besar kalau ada peningkatan kasus COVID-19 sesudah libur Nataru bulan depan." 

Tjandra Yoga Aditama menilai survei antibodi amat baik dilakukan secara berkala di Indonesia, setidaknya di beberapa kota besar.

"Memang sudah pernah ada laporan beberapa survei seperti ini, tetapi lebih baik kalau terus ditingkatkan dan hasilnya dianalisa dari waktu ke waktu sehingga dapat dilihat perkembangannya," terangnya.

"Akan baik juga kalau pada sebagian sampel dilakukan analisa lebih mendalam, misal kadar dan jenis antibodi yang ada, seperti yang dilakukan di New Delhi, India."

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

2 dari 3 halaman

Survei Antibodi Berkala di India

Petugas menyuntikkan vaksin Covid-19 Covaxin kepada seorang wanita di sebuah pusat kesehatan di New Delhi, Kamis (21/10/2021). India pada 21 Oktober mencapai 1 miliar dosis vaksin Covid-19, hanya beberapa bulan setelah lonjakan kasus yang membuat sistem kesehatan hampir runtuh. (Prakash SINGH/AFP)

Di India sudah sejak tahun lalu secara berkala melakukan survei antibodi terhadap penduduknya. Bahkan sudah sampai enam kali di New Delhi dan lima kali di Mumbai, selain yang dilakukan oleh institusi kesehatan lain.

Cukup banyaknya penduduk yang sudah punya antibodi terhadap virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19, menurut Tjandra Yoga Aditama, menjadi salah satu faktor kasus COVID-19 di India terjaga tetap landai.

"Ternyata kadar antibodi terhadap COVID-19 di kedua kota terbesar itu sudah tinggi sekali, sekitar 97 persen di New Delhi dan 87 persen di Mumbai," jelas Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI.

"Tingginya masyarakat yang sudah punya antibodi ini dapat saja dihubungkan dengan berhasilnya India menjaga kasus COVID-19-nya tetap terjaga rendah sekarang ini."

Berdasarkan data terakhir survei antibodi per Oktober 2021, 97 persen penduduk New Delhi sudah memiliki antibodi dalam derajat tertentu, baik karena sudah divaksin COVID-19 maupun tertular secara alamiah (antibodi alamiah).

Laporan seropositif 97 persen adalah survei ke-6 yang dilakukan di New Delhi. Angka-angka sebelumnya memang menunjukkan kenaikan secara bertahap. Mulai 22,8 persen pada Juli 2020, 28,7 persen pada Agustus 2020, 25,1 persen pada September 2020. Kemudian 25,5 persen pada Oktober dan 56,13 persen pada Januari 2021.

 

3 dari 3 halaman

Infografis Strategi Cegah Lonjakan Kasus dan Gelombang 3 Covid-19 Saat Libur Nataru

Infografis Strategi Cegah Lonjakan Kasus dan Gelombang 3 Covid-19 Saat Libur Nataru. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya