Nilai Perdagangan Indonesia - China Tertinggi dalam 20 Tahun

Total nilai perdagangan diharapkan bisa mencapai USD 100 miliar dengan surplus pada Indonesia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 22 Nov 2021, 11:46 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Nilai Perdagangan Indonesia - China Tertinggi dalam 20 Tahun di 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Total nilai perdagangan Indonesia dengan China mencapai level tertinggi dalam kurun waktu 20 tahun kerja sama kedua negara periode Januari – September 2021.

Kepabeanan Tiongkok melaporkan jika nilai perdagangan kedua negara mencapai USD 85,3 miliar. Angka ini naik 52,8 persen, dibandingkan capaian tahun lalu dalam periode yang sama.

“Indonesia saat ini dapat mempertahankan posisinya di peringkat ke-4 sebagai negara pengekspor terbesar ke Tiongkok di antara negara anggota ASEAN lainnya, dan yang cukup menggembirakan, di antara seluruh negara mitra sebagai eksportir ke Tiongkok, posisi Indonesia naik satu peringkat dibandingkan tahun 2020," jelas Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun melansir laman kemenlu, Senin (22/11/2021).

Indonesia sebelumnya berada di posisi ke-14, dan kini ada di posisi ke-13. Dengan realisasi ini, total nilai perdagangan diharapkan bisa mencapai USD 100 miliar dengan surplus pada Indonesia.

Secara rincian, nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok mencapai USD 42,8 miliar, tumbuh 59,7 persen dibandingkan 2020.

Nilai impor Indonesia dari Tiongkok dalam periode ini juga tumbuh 46,5 persen mencapai USD 42,5 miliar dibandingkan tahun lalu.

 


Produk yang Diekspor

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Nilai Perdagangan Indonesia - China Tertinggi dalam 20 Tahun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun produk unggulan dan potensial Indonesia dalam periode ini yang mengalami peningkatan nilai ekspor signifikan di atas 60 persen dalam kode HS dua digit.

Produk tersebut diantaranya bahan bakar mineral dan produk sulingannya (HS 27) meningkat 86,7 persen; besi dan baja (HS 72) meningkat 86,2 persen; lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15) meningkat 118,9 persen.

Kemudian aneka produk kimia (HS 38) meningkat 105,1 persen; kopi, teh, mate dan rempah-rempah (HS 09) meningkat 96,6 persen; nikel dan turunannya (HS 75) meningkat 54645,4 persen dan sebagainya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya