Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) menyebutkan prospek perusahaan tower masih cerah, utamanya di Indonesia. Hal tersebut menyusul dihapusnya sektor telekomunikasi dari daftar negatif investasi (DNI).
"Saat ini kondisi tower market di Indonesia mengalami dinamika yang sangat positif terkait perubahan kebijakan yang memperbolehkan perusahaan asing untuk berinvestasi di perusahaan tower,” ujar Theodorus dalam konferensi pers, Senin (22/11/2021).
Penghapusan sektor telekomunikasi dari DNI tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal yang dikeluarkan pada 2 Februari 2021.
Baca Juga
Advertisement
Dengan dikeluarkannya sektor telekomunikasi dari DNI, para investor asing dapat melakukan penyertaan langsung alias foreign direct investor (FDI) ke sektor ini.
Sejalan dengan itu, potensi bisnis Mitratel atau perusahaan penyedia tower pada umumnya, akan semakin baik seiring dengan kehadiran 5G yang meningkatkan kebutuhan operator akan menara telekomunikasi.
"Perkembangan teknologi 5G akan membuat industri tower semakin bertumbuh akibat kebutuhan ekspansi layanan mobile di Indonesia,” pungkasnya.
Mitratel saat ini memiliki portofolio lebih dari 28 ribu menara telekomunikasi tersebar di seluruh Indonesia. Selanjutnya, Perseroan berencana akuisisi 6.000 tower uang dimulai pada 2022. Dengan penambahan tersebut, maka mitratel akan memiliki lebih dari 34 ribu menara.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jadi Pendatang Baru di BEI
Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk menjadi pendatang baru di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau dikenal Mitratel mencatatkan saham perdana sebagai perusahaan tercatat ke-41 di BEI.
Mitratel mencatatkan saham perdana dengan memakai kode saham MTEL di papan utama. Jumlah saham yang dicatatkan di BEI 83.515.452.844. Saham yang dicatatkan itu terdiri dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) 23.493.524.800 dan saham pendiri 60.021.928.044.
Perseroan menawarkan harga saham perdana Rp 800 dengan nilai nominal Rp 228. Dengan demikian total dana yang diraup dari IPO Rp 18,79 triliun. Dengan demikian kapitalisasi pasar saham yang terbentuk Rp 66,81 triliun.
Dana hasil IPO antara lain digunakan 90 persen untuk belanja modal dan 10 persen untuk modal kerja. Adapun pemegang saham perseroan setelah IPO, ESA dan MESOP antara lain PT Telkom Indonesia Tbk sebesar 71,77 persen, public 28,06 persen, ESA sebesar 0,03 persen dan MESOP sebesar 0,13 persen.
Saat pelaksanaan IPO ini, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas. Sedangkan yang bertindak sebagai penjamin emisi efek antara lain PT HSBC Sekuritas Indonesia, PT JP Morgan Sekuritas Indonesia, dan PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia.
Advertisement