Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumpulkan jajaran Direksi PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Istana Kepresidenan beberapa waktu lalu, tepatnya pada Selasa 16 November 2021.
Dalam pertemuan tersebut juga dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Komisaris Utama PLN Amien Sunaryadi.
Baca Juga
Advertisement
Jokowi menyampaikan sejumlah pernyataan di hadapan para petinggi perusahaan BUMN tersebut. Salah satunya soal suplai energi batu bara di Indonesia yang mencapai 67 persen, disusul minyak 15 persen, dan gas 8 persen.
"Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN over supply, artinya supply dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina jadi turun," ujar Jokowi, dikutip dari video postingan laman Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu 20 November 2021.
Selain itu, Jokowi juga meminta Pertamina dan PLN untuk segera menyiapkan perencanaan transisi energi dari energi fosil menjadi energi hijau.
"Memang kita tahu bahwa transisi energi ini memang tidak bisa ditunda-tunda. Oleh sebab itu, perencanaannya, grand design-nya, itu harus mulai disiapkan. Tahun depan kita akan apa, tahun depannya lagi akan apa, lima tahun yang akan datang akan apa," ucap Jokowi.
Berikut 6 pernyataan Jokowi saat mengumpulkan jajaran Direksi PT Pertamina dan PT PLN, dihimpun Liputan6.com:
1. Minta Pertamina Buat Grand Design Mobil Listrik
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memanggil jajaran direksi dan komisaris Pertamina, dalam rapat arahan yang membahas penggunaan energi fosil.
Jokowi meminta, Indonesia dalam waktu dekat dapat memiliki grand design mobil listrik sebagai alih bahan bakar konvensional.
"Pertamina bisnisnya berada pada minyak dan gas yang mau tidak mau juga terkena imbas kalau semua mengarahnya ke mobil listrik. Sebab itu grand design harus disiapkan," kata Jokowi dalam rapat pengarahan 16 November yang baru disiarkan di kanal Youtube Sekeretariat Presiden, Sabtu 20 November 2021.
Advertisement
2. Indonesia Perlu Bantuan Negara Maju Bikin Mobil Listrik
Jokowi mengaku, keinginannya didasari dari hasil pertemuannya dengan sejumlah kepala G20 di Roma dan COP26 di Glasgow.
Menurut Jokowi, negara maju sudah membuat regulasi dengan beleid negara untuk segera meninggalkan energi fosil dan beralih ke listrik.
"Kita juga harus siap, tidak bisa ditunda karena ini kerja cepet-cepetan, karena siapa yang bisa mengambil peran secepatnya itu yang akan mendapatkan keuntungan," ujar Jokowi.
Meski begitu, Jokowi mengakui Indonesia tidak bisa mengerjakan mobil listrik sendirian. Sehingga, perlu bantuan negara maju.
"Kita bicara dengan mereka, Joe Biden (Presiden Amerika), Boris Jhonson (PM Inggris), negara berkembang tidak bisa selesaikan (tanpa bantuan) dan mereka tampaknya sudah mau (bantu) dari janji tiap tahun USD 100 M untuk seluruh dunia, (tapi) jangan hanya berikan bayangan angka, tapi duit tidak nongol," ucap dia.
3. Minta Pertamina dan PLN Buat Rencana Transisi Energi yang Konkret
Jokowi memberikan gambaran perubahan global yang drastis, dan meminta segera dilakukannya transisi di sektor energi.
Jokowi merujuk pada pembahasan dalam pertemuan negara G-20 dan pertemuan tentang perubahan iklim di COP26, yang untuk ke depannya menyarankan diberhentikannya energi fosil.
Di sisi lain, Jokowi menyebut, sejumlah perusahaan Indonesia masih menjalankan penggunaan batu bara yang besar sekali, salah satunya PLN.
"Minyak dan gas yang mau tidak mau itu juga akan terkena imbas kalau kedepan semua mengarahnya ke mobil listrik yang saya pastikan akan segera di mulai di eropa dan negara lain. Sehingga kita semua harus bersiap-siap," kata Jokowi.
"Memang kita tahu bahwa transisi energi ini tidak bisa ditunda-tunda. Oleh sebab itu, perencanaannya, grand design-nya, itu harus mulai disiapkan," sambung dia.
Advertisement
4. Cari Teknologi untuk Transisi Energi
Jokowi pun menyerukan agar perusahaan energi Indonesia segera mencari teknologi untuk transisi energi yang bisa dijangkau.
"Tahun depan kita akan apa, tahun depannya lagi akan apa, lima tahun yang akan datang akan apa, 10 tahun ke depan akan stop misalnya. Sudah harus konkret dan jelas, dan detail. Bukan hanya makronya, tapi rencana juga ada, di Pertamina ada, di PLN juga ada," lanjutnya.
Jokowi mengungkapkan, saat ini suplai energi batu bara di Indonesia mencapai 67 persen, disusul minyak 15 persen, dan gas 8 persen.
"Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN over supply, artinya supply dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina jadi turun," papar dia.
"Goal besarnya adalah negara akan memperoleh keuntungan dalam bentuk neraca pembayaran, yang sudah berpuluh-puluh tahun kita tidak bisa menyelesaikan karena problem kita impor minyak kita besar sekali," lanjutnya.
5. Minta PLN Cari Cara Ganti Suplai Batu Bara dengan Energi Terbarukan
Jokowi tegas dan serius untuk menggeser suplai energi fosil. Kepada PLN, Jokowi pun mempersilakan mereka untuk mencari cara menyuplai energi sebesar 5 ribu megawatt selain dengan batu bara (coal).
"Jadi itu tugas bapak ibu, bagaimana transisi energi bisa dilakukan. Misal tahun ini harus gol 2022 misalnya 5 ribu megawat geser dari coal ke hydropower, geothermal, atau solar panel. Ini harus diselesaikan kalau tidak, sampai kapan pun tidak akan beres," ucap dia.
Jokowi menyadari, semua harus dilakukan bertahap. Kendati hal itu dilakukan dengan sesuai target yang rinci dengan capaian jelas di tiap tahunnya.
"Jadi mana yang tahun depan atau mana yang tahun depannya lagi, silakan, tapi tahapan harus sudah harus ada, agar gimana ini terselesaikan," harap Jokowi.
Advertisement
6. Sulitnya Investasi ke PLN dan Pertamina karena Birokrasi
Jokowi meyakini jika investasi yang ingin masuk ke PLN dan Pertamina jumlahnya tidak sedikit. Namun hal itu terhalang dengan proses birokrasi yang panjang.
"Investasi yang ingin masuk ke Pertamina, ke PLN ini ngantri dan banyak sekali. Tapi ruwetnya itu ada di birokrasi kita dan BUMN kita sendiri. Saya ini orang lapangan, saya kadang ingin marah," kata Jokowi.
Jokowi melanjutkan, kejengkelan dirinya disebabkan akan pengetahuannya yang paham akan seluk beluk di lapangan. Dia yakin, hal yang menyulitkan tersebut dapat dibuat mudah jika pekerja PLN dan Pertamina mau bekerja lebih profesional lagi.
"Kok sulit banget dilakukan? Sesuatu yang gampang kok tidak jalan-jalan, posisi-posisi ini harus terus diperbaiki dengan profesionalisme, Bapak Ibu," minta Jokowi.
7. Minta Semua Dilakukan Transparan
Jokowi meminta setiap penugasan harus dihitung konsekuensinya bagi PLN. Tarifnya seperti apa dan bagi Pertamina, Premium dan LPG seperti apa.
Dia ingin, semua disampaikan transparan dan terbuka apa adanya.
"Blak-blakan dengan angka, kalkulasi, tapi yang logis, (jangan) karena penugasan wah mikirnya engga dicek, yaitu nanti kalau mau sekuritisasi harganya kemahalan. Karena itu mentang ada penugasan ya numpang, ini kalau kebangetan ya akan saya lakukan tindakan," wanti Jokowi menanandasi.
Advertisement