4 Asosiasi Energi Gelar Aliansi Strategis demi Percepat Pemanfaatan SDA dan Mitigasi Bencana

Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut belum optimal sehingga perlu langkah-langkah percepatan pengelolaan.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Nov 2021, 17:37 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia dikenal memiliki sumber daya alam yang cukup besar. Mulai dari minyak dan gas bumi (migas), bahan mineral dan tambang, geothermal hingga sumber energi baru terbarukan.

Namun pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut belum optimal sehingga perlu langkah-langkah percepatan pengelolaan. Ini untuk dapat memenuhi amanat undang-undang, yaitu pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam agar dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia.

Terkait ini, 4 asosiasi profesi di lingkungan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yaitu Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI), dan Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) akan menggelar Joint Convention Bandung 2021 pada Selasa-Kamis, 23-25 November 2021.

JCB 2021 mengusung tema “Aliansi Strategis Dalam Rangka Percepatan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Mitigasi Kebencanaan untuk Ketahanan Nasional.”

Ketua Pelaksana JCB 2021, Ari Iskandar mengatakan jika anggota keeempat asosiasi, yaitu IAGI, HAGI, IAFMI, IATMI, yang berjumlah lebih dari 30.000 orang, memiliki keahlian yang mencakup beberapa bidang energi di Indonesia.

"Sehingga mampu memberikan masukan dan pandangan ahli terhadap permasalahan yang dialami negara ini dan masukan atau rekomendasi program dalam rangka percepatan pencapaian target-target jangka panjang pemerintah,” kata Ari, Senin (22/11/2021).

Dikatakan jika mayoritas pemangku kepentingan keempat asosiasi adalah Kementerian ESDM karena bergerak di industri hulu migas.

Namun demikian terdapat beberapa asosiasi yang juga memiliki stake holder dari kementerian terkait yang menaungi environment & agricultural, gempa bumi, gunung api dan bencana kebumian, hidrometeorologi, metereologi, klimatologi dan oseanografi, serta geothermal dan renewable energy.

Ari mengatakan melalui joint convention yang digelar secara rutin setiap dua tahun sekali ini diharapkan anggota asosiasi dapat memberikan kontribusi nyata kepada pemerintah terkait saran, masukan dan partisipasi dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan.

“Selain itu dapat terjadi transfer knowledge yang sangat diperlukan untuk pemberdayaan dan peningkatan kapasitas nasional melalui sejumlah presentasi teknis yang dilakukan secara virtual di ruang virtual dan main stage di exhibition hall,” jelas Ari.

President IAFMI Taufik Aditiyawarman menambahkan kebutuhan energi dalam negeri yang meningkat mendorong lajunya pemanfaatan sumber daya alam, yang harus dilakukan secara terarah, terkoordinasi dan terintegrasi untuk meminimalisir dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.

“Dalam era digitalisasi dan automatisasi ini, kolaborasi menjadi hal utama, dan para asosiasi profesi, HAGI, IAGI, IATMI, dan IAFMI, memeran peranan penting dalam mendorong terbentuknya aliansi-aliansi strategis dalam pemanfaatan seluruh sumber daya alam baik terbarukan ataupun non terbarukan,” jelas dia.

Upaya ini sejalan dengan program Pemerintah dalam pemenuhan energi dan ketahanan nasional, yaitu target produksi satu juta barrel oil per day (bopd) dan 12 MMscfd gas pada 2030.

“IAFMI berkomitmen untuk mendukung hal ini, dan sepakat bahwa akselerasi ini tidak bisa dilakukan tanpa adanya kolaborasi dengan seluruh pelaku yang bergerak dalam mata rantai penyediaan energy,” katanya.

Menurut John H Simamora, Ketua IATMI, untuk mencapai target satu juta bopd dan 12 Bcfd gas pada 2030 diperlukan langkah konkret yang masif dan agresif berupa percepatan realisasi strategi alliance dengan pihak pihak terkait yang mempunyai kekuatan teknologi keuangan dalam melakukan pengambangan lapangan dan mature, marginal, dan idle field dengan konsep dan terobosan win win solution.

“IATMI mempunyai anggota sebanyak 13.000 total professional engineeryang tersebar di 14 negara, itu merupakan kekayaan SDM yang luar biasa yang bisa digerakkan di lapangan untuk mencapai target ambisius tersebut. Hanya saja dibutuhkan teknologi yang hebat dengan organisasi capability yang handle, simple, faster, better and agile dalam menghadapi dinamika lapangan,” ungkap John.

 


3 Poin Utama

Ilustrasi Migas(Dok. SKK Migas Sumbagsel / Nefri Inge)

President HAGI Muharram Jaya Panguriseng, menyebut ada tiga poin utama yang menjadi stressing tema JCB 2021, yaitu pertama, alliance dimana semangat kolaborasi merupakan hal terpenting dalam mengatasi problem-problem di era VUCA kini.

Kedua, natural resources utilization sebagai bagian dari upaya strategi mengakselerasi pemanfaatan sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbarui guna kepentingan nasional.

“Ketiga, hazard mitigation sebagai upaya dalam meningkatan awareness terhadap mitigasi bencana yang melanda di Indonesia,” kata Muharram.

Kegiatan pre-event JCB telah dimulai 18-19 November 2021 yang mancakup photo competition yang ditujukan untuk para professional di industri hulu migas dan untuk umum, kemudian One Day Course (Pelatihan/Kursus) dengan lebih dari 400 peserta yang mengikuti sembilan judul topik di industry hulu migas.

Kegiatan event utama JCB, yaitu Session Talk akan mengundang enam menteri atau setingkat yang merupakan stakeholder dari keempat asosiasi; enam diskusi panel yang mengundang pembicara dari para CEO dari pemilik wilayah kerja hulu migas dan pimpinan perusahaan pelaku usaha industri hulu migas.

Serta regulator sebagai perwakilan pemerintah dan SKK Migas. Dan juga Academic Talk yang mengundang nara sumber dari Universitas dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII).

Selain itu, JCB 2021 juga menampilkan 243 technical paper presentation yang sudah dikirimkan oleh keempat asosiasi dan civitas akademika.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya