Liputan6.com, Jakarta - PT Dharma Polimetal Tbk menyatakan langkah penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saat pandemi COVID-19 untuk menangkap peluang bursa saham yang positif dan ekspansi ke depan.
PT Dharma Polimetal Tbk melepas 705.882.300 saham dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Jumlah saham yang dilepas itu 15 persen dari jumlah modal yang disetor penuh pada saat IPO.
Perseroan menawarkan harga perdana di kisaran Rp 500-Rp 620 per saham dalam rangka IPO. Dengan demikian, perolehan dana IPO yang akan diraup Rp 352,9 miliar-Rp 437,6 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Untuk dana IPO antara lain, perseoran akan menggunakan sebesar 70 persen-nya untuk belanja modal dalam rangka ekspansi bisnis Perseroan. Selanjutnya 25 persen digunakan untuk menambah modal dan kepemilikan anak usaha dan sisanya akan dimanfaatkan untuk kebutuhan modal kerja dan kebutuhan lainnya.
Direktur Utama PT Dharma Polimetal Tbk, Irianto Santoso menuturkan,jika melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat pandemi COVID-19 berada di kisaran 6.000 meski di tengah pandemi COVID-19.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), secara year to date, IHSG tumbuh 12,45 persen ke posisi 6.723 pada Senin, 22 November 2021. Ia mengatakan, kondisi pandemi COVID-19, tapi sebetulnya keadaan ekonomi dan bursa itu sangat menantang dan menarik.
“Itu sebabnya Dharma Polimetal masuk saat pandemi COVID-19. Kalau pandemi COVID-19 saja bagus, kalau kita sudah IPO tahun ini, tahun depan terbang dibandingkan kalau masuk tahun depan kita ketinggalan,” ujar Irianto saat paparan publik virtual, Senin (22/11/2021).
PT Dharma Polimetal Tbk, holding company grup Dharma, bergerak di usaha komponen otomotif untuk sepeda motor dan mobil. Grup Dharma telah menjadi bagian dari mata rantai pasokan otomotif terintegrasi dengan produk suku cadang dan komponen inovatif.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prospek Usaha
Dengan melihat usaha yang dijalankan, Irianto optimistis prospek ke depan. Hal ini mengingat density industri otomotif, menurut Irianto baru 77 unit per 1.000 orang.
"Kalau 77 unit per 1.000 penduduk, kita bayangkan seperti Thailand 260, dibandingkan Malaysia, sebetulnya pertumbuhan industri otomotif bisa 4-5 kali tergantung dari GDP per kapita Indonesia,” ujar dia.
Irianto menuturkan, industri otomotif di Indonesia hanya menunggu waktu untuk terus berkembang apalagi ada dukungan pemerintah. Sektor otomotif dinilai menajdi salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia.
"Banyak terlibat dalam industri otomotif, tenaga kerja sehingga kita lihat pemerintah memberikan kemudahan, pembebasan PPNBM, kita berkembang,” ujar dia.
Dengan dukungan tersebut,Irianto menuturkan dapat membuat perseroan berkembang. Dengan demikian, ia menilai investor akan mendapatkan keuntungan positif dari perseroan.
Adapun hingga 30 Juni 2021, perseroan meraup laba bersih tahun berjalan Rp 100,09 mliar dan penjualan Rp 1,3 triliun.
Advertisement