Erick Thohir Blak-blakan soal Pemangkasan 108 BUMN

Erick Thohir menyebut telah memangkas dari 108 BUMN hingga tersisa 41 BUMN yang sebagai subholding.

oleh Arief Rahman H diperbarui 23 Nov 2021, 10:11 WIB
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersiap mengikuti rapat dengan Komisi VI DPR, di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (2/12/2019). Rapat tersebut membahas Penyertaan Modal Negara (PMN) pada Badan Usaha Milik Negera tahun anggaran 2019 dan 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengundang perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia pun memanggil sejumlah jajaran direksi BUMN serta pucuk pimpinan Kementerian BUMN. Sejumlah kritik dilayangkan Presiden Jokowi kepada BUMN.

Menteri BUMN Erick Thohir mengisahkan pengalamannya saat dipanggil oleh Presiden Jokowi. Erick Thohir memaparkan rencana pemangkasan perusahaan pelat merah dari semula 108 perusahaan menjadi tersisa 41 BUMN.

"Jadi begini kenapa waktu itu presiden bertemu dengan direksi BUMN, konteksnya saya tak membela diri, itu jelas saya memberi laporan dan presiden menjawab, kalau kita lihat apa yang disampaikan (masalah di BUMN memang yang sudah dialami selama ini, yang hari ini membedakan terjadi percepatan dan konkret," katanya dalam dialog dengan Akbar Faizal, Senin (22/11/2021) malam.

Erick Thohir menyebut telah memangkas dari 108 BUMN hingga tersisa 41 BUMN yang sebagai sub holding. Serta, dari 27 grup menjadi 12 grup dan sudah menganut supply chain.

"Contoh di kesehatan, Bio Farma, Indofarma, Kimia Farma dan grup rumah sakit dulu dimiliki oleh semua BUMN sekarang dikonsolidasi jadi 73 rumah sakit di bawah satu payung dimana jobdesk masing-masing rumah sakit berbeda," kata dia.

Bio Farma bergerak di bidang vaksin, sementara Indofarma di sektor obat herbal dan Kimia Farma untuk chemical. Kemudian, rumah sakit berperan sebagai kepanjangan tangan dari perusahaan di bidang kesehatan tadi.

Hal yang sama dengan penggabungan dilakukan juga di tubuh Pelindo I-IV. Ia menyebut tak serta merta menggabungkan keempat perusahaan, tapi ada alasan di balik langkahnya itu.

"Kalau tadi di kesehatan bagaimana kita tak boleh tergantung pada obat dan bahan baku asing. Di Pelindo, konteksnya logistik paling mahal di dunia, 26 persen," katanya.

"Itu kenapa kita coba mengurangi pemborosan logistik itu dan bahkan itu setelah digabung itu keliatan ternyata peti kemas kita terbesar di dunia, berarti ada potensi," imbuhnya.

Ia mencoba menggambarkan dengan logika bisnis, bahwa menyangkut pasar, ukuran atau besaran menjadi satu unsur yang penting. Misalnya, kata dia, sebagai bahan untuk berkompetisi dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.

"Ya kita harus punya size yang besar. Makanya kemarin itu kita gabungkan untuk melakukan itu," katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pembiayaan UMKM

Menteri BUMN, Erick Thohir (dok: KBUMN)

Di sisi lain, Menteri Erick turut membawa terkait tingkat pembiayaan terhadap UMKM. Ia pun membandingan tingkat pembiayaan perbankan kepada UMKM dari Malaysia dan Thailand.

Sebagaimana yang sering ia sampaikan, BRI didapuk menjadi lokomotif pembiayaan UMKM di Indonesia dari sisi perbankan milik negara.

"Waktu saya masuk (Menteri BUMN) ini 40 persen ke korporasi, padahal kita ada Mandiri dan BNI, kita tekan bahwa gak boleh BRI ke korporasi besar terus dan itu akhirnya BRI hanya 18 persen korporasi besar, itupun mau saya tekan terus makanya penggabungan BRI dengan pegadaian dan PNM," kata dia.

Sehingga kedepannya UMKM bisa menjadi landasan dalam perkembangan ekonomi nasional. Ia pun menyontohkan kesuksesan Mekaar yang mampu mengangkat jumlah angkatan kerja di UMKM.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya