Liputan6.com, Jakarta - Badan Kebijakan Fiskal memprediksi pertumbuhan sektor teknologi di Indonesia pada 2022 mampu mencapai angka 10,1 persen.
Sektor teknologi juga memicu kebutuhan tinggi atas SDM berkualitas. Data Korn Ferry Indonesia memperkirakan Indonesia akan mengalami kekurangan talenta digital; dari 1,8 juta menjadi 3,8 juta orang dalam 10 tahun mendatang.
Menyadari pentingnya pemenuhan kesenjangan SDM tersebut, perusahaan pemberdaya talenta digital Hacktiv8 menyatakan siap mengakselerasi pencetakan talenta berkualitas.
Baca Juga
Advertisement
"Indonesia menghabiskan sekitar Rp21,3 triliun untuk pendidikan tingkat tinggi pemrograman, dengan 250 ribu pelajar baru setiap tahunnya. Namun, menurut data dari Bank Dunia, hanya sekitar 17 persen lulusan Teknologi Informatika yang bekerja di bidang pengembangan software," ujar Ronald Ishak, CEO & Founder di Hacktiv8.
Kesenjangan ini, kata Ishak, ingin Hacktiv8 atasi dengan solusi pendidikan yang mereka tawarkan.
Berdasarkan survei dari McKinsey tahun 2018, 15 dari 20 eksekutif perusahaan teknologi mengakui sulit menemukan talenta digital yang tepat, dan separuh di antara mereka kesulitan mempertahankan talenta digital yang ada.
"Walau Google dan Temasek memproyeksi akan ada lebih dari 200 ribu talenta digital professional di Asia Tenggara pada tahun 2025, kenyataannya masih jauh dari angka tersebut. Kini, kebanyakan posisi tersebut didominasi oleh profesional yang lebih senior dari sektor perbankan, ritel, dan perusahaan di luar wilayah tersebut," kata Ronald menambahkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Cetak Ribuan Talenta Digital
Berangkat dari misi itu, Hacktiv8 saat ini telah mencetak lebih dari 1.100 talenta digital berkualitas yang bekerja di perusahaan-perusahaan digital yang juga menjadi hiring partner seperti Investree, SIRCLO, Xendit, Mekari, Loket, Qlue, dan Axiata Digital. Kebanyakan lulusan telah melalui coding bootcamp yang terdiri dari program Full Stack Javascript dan Data Science.
Ronald menyatakan kurikulum di Hacktiv8 dirancang dengan melibatkan para hiring partner supaya lulusan program ini dapat mempraktikkan ilmu yang diperoleh selama bootcamp.
"Model bootcamp kami menuntut pelajar untuk menghabiskan waktu sekitar 10 hingga 12 jam sehari, sehingga hanya yang terbaik saja yang bisa lulus dari program dan mendapatkan pekerjaan," tutur Ronald.
Advertisement
Income Share Agreement
Ronald mengklaim lulusan Hacktiv8 secara rata-rata dapat mendapatkan pekerjaan dalam waktu 2 hingga 3 pekan.
Selain itu, Ronald juga menyoroti fasilitas Income Share Agreement (ISA) atau perjanjian bagi hasil yang memungkinkan calon peserta terpilih untuk dapat mengikuti bootcamp ini secara gratis.
"Melalui ISA ini, siswa akan membayar biaya pendidikan ketika mereka sudah mendapatkan pekerjaan, dengan menyisihkan sebagian dari gaji mereka. Fitur ini diharapkan dapat membuka akses bagi banyak orang yang ingin belajar pemrograman tanpa harus terkendala biaya," ujar Ronald.