Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan rintisan (startup) berbasis teknologi yang akan catatkan saham perdana dinilai menjadi katalis positif untuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2022.
"Yang sudah kita lihat, IHSG terutama dari sektor teknologi itu sudah mengalami kenaikan hampir 5 kali lebih,” ujar Direktur Utama BNI Sekuritas, Agung Prabowo dalam Economic Outlook 2022 - Kebangkitan Sektor Keuangan, Senin, 22 November 2021.
Advertisement
Ia menuturkan, unicorn masih banyak yang melepas saham perdana ke publik. Hal ini jadi katalis meningkatkan valuasi IHSG.
Artikel IPO startup hingga partisipasi investor ritel bakal angkat IHSG pada 2022 menyita perhatian pembaca di saham. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di saham? Berikut tiga artikel terpopuler di saham yang dirangkum pada Selasa (23/11/2021):
1.IPO Startup hingga Partisipasi Investor Ritel Bakal Angkat IHSG pada 2022
Sejumlah perusahaan rintisan (startup) berbasis teknologi yang akan catatkan saham perdana dinilai menjadi katalis positif untuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2022.
"Yang sudah kita lihat, IHSG terutama dari sektor teknologi itu sudah mengalami kenaikan hampir 5 kali lebih,” ujar Direktur Utama BNI Sekuritas, Agung Prabowo dalam Economic Outlook 2022 - Kebangkitan Sektor Keuangan, Senin, 22 November 2021.
Ia menuturkan, unicorn masih banyak yang melepas saham perdana ke publik. Hal ini jadi katalis meningkatkan valuasi IHSG.
Berita selengkapnya baca di sini
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2.Siap Ekspansi, Dharma Polimetal Gelar IPO saat Pandemi COVID-19
PT Dharma Polimetal Tbk menyatakan langkah penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saat pandemi COVID-19 untuk menangkap peluang bursa saham yang positif dan ekspansi ke depan.
PT Dharma Polimetal Tbk melepas 705.882.300 saham dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Jumlah saham yang dilepas itu 15 persen dari jumlah modal yang disetor penuh pada saat IPO.
Perseroan menawarkan harga perdana di kisaran Rp 500-Rp 620 per saham dalam rangka IPO. Dengan demikian, perolehan dana IPO yang akan diraup Rp 352,9 miliar-Rp 437,6 miliar.
Advertisement
3.China Denda Raksasa Teknologi Imbas Gagal Laporkan 43 Kesepakatan Lama
Regulator pasar China mendenda beberapa perusahaan termasuk Alibaba, Baidu dan JD.com atas kegagalan mengumumkan 43 kesepakatan terdahulu sejak 2012 kepada pihak berwenang pada Sabtu, 20 November 2021.
Denda itu karena perusahaan melanggar Undang-Undang anti-monopoli. Masing-masing perusahaan atas kasus tersebut dikenakan denda maksimal 500 ribu yuan atau USD 78 ribu atau setara Rp 1,1 miliar (estimasi kurs Rp 14.262 per dolar AS). Dengan dasar hukum Undang-Undang Anti-Monopoli China pada 2008.
Alibaba, Baidu, JD.com dan Geely yang tersandung kasus ini tidak segera memberikan komentar. China semakin memperketat kebijakannya pada platform internet yang dulunya menerapkan aturan laissez-faire (membiarkan apa adanya).