Mengintip Arah Investasi BP Jamsostek, Sektor Ini Jadi Pilihan

Alokasi investasi BP Jamsostek mayoritas di surat utang negara (SUN) mencapai 64,7 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Nov 2021, 12:22 WIB
Pekerja membersihkan kaca gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (26/02/2021). BP Jamsostek menekankan dua aspek penting terkait pandemi Covid-19, yakni isu kesehatan dan perekonomian dengan jaminan sosial bagi para pekerja dan penerapan K3. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek membeberkan arah investasi perusahaan ke depan. Direktur Pengembangan Investasi BP Jamsostek, Edwin Ridwan mengungkapkan, saat ini perusahaan mengelola dana kelolaan Rp 540 triliun  dari lima program jaminan sosial dan dana badan dengan strategi investasi ‘liability driven’.

Kendati strategi investasi berlandaskan prinsip liability driven, tetapi tetap dinamis menyesuaikan dengan perubahan pasar dan aktif dalam memanfaatkan momentum pasar guna mendapat imbal hasil yang maksimal. Adapun saat ini, alokasi investasi BP Jamsostek mayoritas merupakan surat utang negara (SUN) yakni 64,7 persen.

"Alokasi terbesar kami di BPJS Ketenagakerjaan ada pada instrumen fixed income, terutama untuk governance bonds. Di mana memang secara regulasi disyaratkan bahwa minimal investasi untuk SUN adalah 50 persen dari dana kelolaan untuk badan jaminan sosial,” ujar dia dalam Economic Outlook 2022 | Prospek Investasi 2022, Selasa (23/11/2021).

Selanjutnya, alokasi investasi di saham 12,1 persen dari total dana kelolaan. Sedangkan raksa dana 7,2 persen, yang sebagian besar adalah reksa dana saham.

"Sehingga bisa dikatakan exposure kami kepada pasar saham mendekati 20 persen atau tepatnya 19,2 persen,” imbuhnya.

Sementara untuk investasi langsung maupun properti masih sangat kecil. Lokasinya baru 0,5 persen. Sedangkan secara regulasi, Edwin mengatakan, perusahaan bisa menempatkan di penyertaan langsung maksimal sampai 5 persen.

Perusahaan juga melakukan active management portfolio. Perusahaan melakukan pemilihan efek dari sisi fundamental maupun teknikal dan memanfaatkan momentum pasar dan market timing untuk dapatkan imbal hasil yang maksimal. Sektor usaha pilihan yang dinilai cukup prospektif pada 2022 adalah perbankan, otomotif, telekomunikasi, dan pertambangan.

"Jadi kami lihat fundamentalnya untuk keempat sektor ini cukup positif pada kuartal III 2021,” beber Edwin.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Indonesia Jadi Pilihan

Pekerja membersihkan kaca gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (26/02/2021). Berdasarkan data BP Jamsostek kasus kecelakaan kerja di Indonesia menurun 1,46 persen dengan catatan pada tahun 2020 mencapai 153.044 kasus dibandingkan 2019 sebanyak 155.327 kasus. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Di sisi lain, Edwin mencermati pasar modal sudah menunjukkan perkembangan yang sangat baik pasca pandemi. IHSG menguat 10,244 persen ytd sampai dengan 31 Oktober 2021. Nilai tukar Rupiah yang stabil pada level 14.128-14.270 per 31 Oktober 2021.

"Kondisi- kondisi ini membuat kami cukup optimis bahwa di 2022 perkembangan investasi di BPJS Ketenagakerjaan akan jauh membaik," ia menambahkan.

Faktor lain yang menjadi perhatian perusahaan adalah peningkatan harga komoditas yang cukup signifikan. Seperti minyak mentah yang naik 11,87 persen yoy, batu bara 170 persen ytd, dan CPO 37,94 persen ytd.

Adapun pembelian asing (foreign net buy) hingga Oktober 2021 mencapai USD 926 juta, jauh di atas rata-rata per bulan USD 280 juta.

"Jadi kami lihat kondisi yang kurang menguntungkan di China akan membuat investor portofolio dari luar untuk mempertimbangkan masuk pasar Indonesia. Kalau mereka tidak bisa investasi di China, mereka akan cari pasar lain dan saya kira Indo adalah salah satu pilihannya,” pungkas Edwin.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya