Fenomena La Nina Hantui Kawasan Australia Timur hingga Maret 2022

La Nina yang dalam bahasa Spanyol berarti 'gadis' ini adalah fenomena cuaca kompleks yang terjadi setiap beberapa tahun.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Nov 2021, 16:02 WIB
Bendera negara Australia - AFP

Liputan6.com, Brisbane - Biro Meteorologi Australia (BoM) mengumumkan badai La Nina tengah berada di Pasifik pada Selasa (22/11/2021), mengancam musim panas di sebagian besar wilayah timur Australia. Pemodelan iklim BoM menunjukkan bahwa badai tersebut kemungkinan akan berlangsung hingga awal musim gugur Australia pada Maret 2022.

La Nina yang dalam bahasa Spanyol berarti 'gadis' ini adalah fenomena cuaca kompleks yang terjadi setiap beberapa tahun, seperti dikutip dari laman Xinhua, Selasa (23/11/2021)

Pakar cuaca ekstrem Milton Speer dari University of Technology Sydney (UTS) mengatakan kepada Xinhua bahwa pengumuman itu tidak terlalu mengejutkan mengingat jenis badai ini yang sudah dialami negara bagian timur Australia.

Beberapa wilayah dari negara bagian New South Wales (NSW), Queensland dan Victoria telah mengalami hujan lebat dan banjir, dengan BoM mengumumkan bahwa tingkat hujan pada Oktober 8 persen di atas tingkat normal.

Selanjutnya, BoM mencatat siklon tropis pertamanya, Cyclone Paddy, pada Selasa pagi di lepas pantai Pulau Christmas di atas pantai barat laut Australia.

Speer mengatakan kepada Xinhua bahwa suhu permukaan laut yang lebih tinggi di utara Australia telah menjadi tanda kuat dari badai yang akan datang.

"Suhu permukaan laut, tepat di bagian atas Australia cukup anomali."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ancaman Lebih Ekstrem

Ilustrasi badai dalam hidup. (Photo by Felix Mittermeier on Unsplash)

Speer mengatakan bahwa penduduk di seluruh Queensland dan NSW harus bersiap menghadapi hujan lebat dan badai yang konsisten sepanjang musim panas.

Dia juga mengatakan kenaikan suhu akibat pemanasan global dapat membuat peristiwa cuaca seperti itu menjadi lebih ekstrem di Australia.

"Salah satu faktor dalam perubahan iklim adalah pemanasan lautan dan khususnya di daerah tropis Khatulistiwa. Jadi sepertinya ada lebih banyak kelembaban yang tersedia."

Peristiwa La Nina besar terakhir di Australia terjadi antara musim panas 2010 dan 2012 dan mengakibatkan beberapa tahun terbasah yang pernah tercatat dan banjir yang meluas.


Infografis Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar?

Infografis Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya