Cita-Cita Menperin, Produksi Petrokimia Indonesia Terbesar di ASEAN

Pabrik petrokimia di Cilegon bisa pengolahan naphta dengan kapasitas hampir 7 juta ton per tahun.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Nov 2021, 17:10 WIB
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara halalbihalal secara virtual di Jakarta. (Dok Kemenperin)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan, terdapat investasi pembangunan pabrik petrokimia di Cilegon. Dengan adanya investasi ini digarapkan bisa membuat Indonesia menjadi negara petrokimia nomor 1 di ASEAN.

Agus menjelaskan, pabrik petrokimia ini untuk pengolahan naphta dengan kapasitas hampir 7 juta ton per tahun. Naphta di produksi antara lain menjadi etilena, propilena, butadiena dan benzena.

"Beberapa proyek petrokimia lain (selain Cilegon) dalam proses realisasi," ujar Agus Gumiwang dalam diskusi online Berita Satu, Jakarta, Selasa (23/11/2021).

Di samping menggenjot pembangunan petrokimia, hilirisasi industri berbasis migas dan batu bara terus dilakukan. Saat ini sedang berlangsung pembangunan proyek gasifikasi batu bara.

Proyek gasifikasi batu bara yang tengah dipacu realisasinya meliputi pabrik coal to chemical di Tanjung Enim dan Kutai Timur dan pembangunan coal to methanol di Meulaboh, Aceh.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Industri Pionir

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara halalbihalal secara virtual di Jakarta. (Dok Kemenperin)

Proyek-Proyek ini merupakan salah satu dari beberapa industri pionir di Indonesia tengah dipacu realisasinya diharapkan dapat mengolah batu bara menjadi methanol sebanyak 4,5 juta ton per tahunnya.

Proyek gasifikasi batu bara ini didukung oleh ketersediaan sumber daya batubara yang mencapai 38,84 miliar ton dan cadangan ini dapat bertahan hingga 2091 dengan laju produksi tahunan sebesar 600 juta ton.

"Ini akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan karena akan mengakhiri tradisi penjualan komoditas mentah tanpa ada pengolahan dan nilai tambah," kata Agus.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya