Liputan6.com, Jakarta Video penganiayaan remaja di Malang, Jawa Timur viral di media sosial. Dalam video singkat, terlihat seorang remaja putri dipukul oleh beberapa orang, diteriaki, dan dilecehkan.
Para pelaku yang mencapai 10 orang tidak hanya terdiri dari perempuan. Ada pula suara laki-laki di belakang kamera yang ikut berteriak pada korban dengan menggunakan bahasa lokal setempat.
Kasus kekerasan ini telah dilaporkan ke Polres Malang Kota. Korban didampingi ibunya dan tim kuasa hukumnya datang ke kepolisian untuk memberikan keterangan. Sebagian besar pelaku turut diperiksa tim penyidik.
Baca Juga
Advertisement
“Semula kami melaporkan kejadian pengeroyokan, tapi hari ini bertambah untuk kasus pencabulan,” kata Leo A Permana, kuasa hukum korban di Polres Malang Kota, Senin, 22 November 2021 petang mengutip kanal Surabaya, Liputan6.com.
Leo menambahkan, kasus ini terjadi pada Kamis, 18 November 2021. Sekitar pukul 10.00 korban pulang sekolah dicegat oleh seorang pelaku dengan bujukan hendak diajak jalan-jalan.
Namun, korban malah dibawa ke rumah pelaku. Kemudian, pelaku melakukan kekerasan fisik. Pelaku mengancam untuk menyetubuhi korban.
Istri pelaku marah begitu mengetahui perbuatan itu. Istrinya kemudian memanggil delapan orang temannya dan memukuli korban.
Tanggapan Kriminolog
Mendengar kasus ini, kriminolog Haniva Hasna, M. Krim mengutarakan kekecewaannya.
“Sedih, kecewa, marah, ngeri, kenapa remaja kita bisa sedemikian kejam. Apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya, kemana perasaannya, apa peran orangtuanya selama ini sehingga anak-anak tidak memiliki hati nurani,” kata Iva kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks Selasa (23/11/2021).
Ia menambahkan, semakin banyak permasalahan yang terjadi pada remaja saat ini. Moral disengagement menjadi salah satu faktor yang terjadi pada remaja yang melakukan perilaku menyimpang.
“Mereka meyakini bahwa perilaku yang bertentangan dengan standar moral dapat diterima oleh masyarakat.”
Remaja tidak memiliki pikiran yang panjang ketika melakukan suatu tindakan, impulsive tanpa pertimbangan. Hal ini membuat mereka melalaikan konsekuensi atas tindakan yang dilakukan. Semua dilakukan hanya karena emosi yang berakhir dengan agresi, tanpa pertimbangan akan terjadi apa setelah ini.
Advertisement
Dampak bagi Korban
Perundungan seperti yang terjadi pada kasus ini memicu berbagai dampak negatif bagi korban.
“Korban bullying akan merasa ketakutan, perasaan tidak aman, menurunnya rasa percaya diri dan depresi hingga risiko bunuh diri.”
Dampaknya bahkan dapat berlangsung hingga dewasa, lanjutnya. Dampak secara fisik biasanya terjadi keluhan sakit kepala, sakit perut, otot jadi tegang, palpitasi atau jantung berdetak kencang dan nyeri kronis.
Lalu terjadi perubahan perilaku, seperti nafsu makan berkurang, menghindari interaksi sosial, prestasi belajar menurun, susah tidur dan lain-lain.
“Dalam beberapa kasus, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan dan melakukan kekerasan pula kepada orang lain.”
Jika terbukti sebagai korban pemerkosaan, korban berisiko tinggi mengalami beberapa gangguan mental seperti depresi, post-traumatic stress disorder (PTSD), dan gangguan cemas. Ini dapat terjadi karena korban selalu teringat akan kejadian traumatis tersebut, sehingga mereka merasa selalu dalam bahaya, ditambah jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.
Infografis Kekerasan dalam Pacaran
Advertisement