Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi berkomitmen untuk menyetop ekspor komoditas tambang mentah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah industri tambang dalam negeri.
"Kita tidak boleh lagi yang namanya mengekspor bahan (tambang) mentah. Stop udah stop. Karena yang kita inginkan nilai tambah, addit value," ungkapnya dalam kegiatan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2021 di Jakarta, Rabu (24/11/2021).
Advertisement
Jokowi menerangkan, penting bagi Indonesia untuk segera menghentikan kegiatan ekspor komoditas tambang dalam bentuk mentah. Mengingat, nilai jual yang lebih murah ketimbang ekspor dalam bentuk bahan setengah jadi maupun jadi.
"Jadi, kita ingin agar bahan-bahan mentah itu di ekspor dalam bentuk setengah jadi maupun jadi," tekannya.
Untuk langkah awal, lanjut Jokowi, pemerintah akan menghentikan ekspor tiga jenis komoditas tambang mentah. Seperti, komoditas tambang nikel mentah.
"Lalu, tahun dengan stop bauksit. Dan, tahun depannya lagi stop timah. Kita ingin agar bahan-bahan mentah diekspor dalam barang setengah jadi atau barang jadi," tutupnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Uni Eropa Gugat RI Soal Ekspor Nikel, Jokowi: Enggak Masalah, Kita Terbuka
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kembali menekankan tidak mempermasalahkan gugatan yang dilayangkan Uni Eropa terhadap Indonesia melalui World Trade Organization (WTO) terkait larangan ekspor bijih nikel sejak 1 Januari 2020.
"Nggak masalah. Saya sampaikan kemarin waktu di G20 dengan EU maupun dengan negara-negara di Eropa bahwa kita (Indonesia) ini tidak ingin mengganggu kegiatan produksi mereka," ujarJokowi dalam acara virtual Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2021, Rabu (24/11/2021).
Jokowi menyatakan, bahwa Indonesia bermaksud terbuka untuk industri, namun harus dengan pabrik yang dioperasikan di dalam negeri.
"Kita itu terbuka, tidak tertutup. Kalau ingin nikel silahkan, tapi datang dan bawa pabriknya, bawa industrinya, bahwa teknologinya ke Indonesia. Dikerjakan tidak sampai barang jadi juga tidak apa-apa kok, nanti baterai dan mobilnya dikerjakan di sana (Eropa), silahkan. Tapi lebih baik kalau semuanya dikerjakan di sini, akan lebih efisien," ujarnya.
"Saya sampaikan apa adanya, artinya kita tidak tertutup. Bedanya kalau kita tertutup itu kan tidak memperbolehkan produksi, tapi boleh kok, asalkan disini," pungkas Jokowi.
"Karena kita ingin membuka lapangan kerja yang sebanyak banyaknya di negara kita (Indonesia) goal-nya ada disitu," tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menjelaskan bahwa pada 2018 lalu neraca perdagangan Indonesia masih defisit minus USD 18,41 miliar.
"Sekarang ini, baru di bulan Oktober 2021 kita sudah menjadi minus USD 1,5 miliar khusus ke RRT, yang dulu kita defisit, tahun depan Inshaallah kita sudah surplus dengan RRT. Artinya, barang kita akan lebih banyak masuk ke sana dengan nilai yang lebih baik dari sebelumnya," paparnya.
Advertisement