Jokowi: Dampak Covid-19 Sulit Diukur, Banyak Ketidakpastian

Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak menduga pandemi Covid-19 membawa berbagai dampak mengerikan bagi perekonomian dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Nov 2021, 14:20 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) bersiap menjalani penyuntikan vaksin COVID-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan, Prof. dr. Abdul Muthalib, Sp.PD-KHOM, dibantu seorang asisten. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak menduga pandemi Covid-19 membawa berbagai dampak mengerikan bagi perekonomian dunia.

Sebab, dalam benaknya efek yang ditimbulkan dari pandemi virus corona jenis baru tersebut hanya memengaruhi sektor kesehatan semata.

"Kita sudah mengalami pandemi (Covid-19), yang sebelumnya kita hanya berpikir urusan kesehatan dengan menyelesaikan vaksinasi. Tapi, ternyata dampak pandemi ke mana-mana, hampir semua negara," tegas Jokowi dalam kegiatan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2021 di Jakarta, Rabu (24/11/2021).

Jokowi menyampaikan, saat ini, berbagai negara di dunia tengah dihadapkan pada persoalan ekonomi sulit akibat dampak pandemi Covid-19. Antara lain kelangkaan energi hingga kenaikan harga (inflasi).

"Sekarang ada kelangkaan kontainer. Kemudian, yang terakhir kenaikan harga produsen, yang imbasnya nanti akan masuk ke keluarga di mana harga-harga di tingkat konsumen," imbuhnya.

Oleh karena itu, Jokowi meminta kepada seluruh kementerian/lembaga hingga masyarakat untuk disiplin protokol kesehatan. Hal ini bertujuan agar Indonesia dapat menjaga tren penurunan kasus harian Covid-19 di Indonesia.

"Karena mamang ketidakpastian itu ada di mana-mana, sulit diukur, sulit dikalkulasi. Tapi kuncinya, menurut saya bagaimana mengendalikan pandemi di negara kita. Karena masalahnya semakin kompleks, ketidakpastian juga semakin tinggi," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ramalan Menko Luhut: Pertumbuhan Ekonomi RI 2021 Capai 4 Persen

Warga berada di sekitar Spot Budaya Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2021 ini bakal mencapai 4 persen.

Capaian tersebut dianggap jauh lebih baik ketimbang banyak negara yang pertumbuhan ekonominya kembali terkontraksi akibat peningkatan kasus pandemi Covid-19.

Luhut mengatakan, kinerja ekonomi nasional yang mulai pulih ini jadi pertanda keberhasilan program relaksasi sosial yang dilakukan secara bertahap.

"Keberhasilan menurunkan kasus dengan cepat, pembukaan dilakukan secara bertahap, itu mampu menahan perlambatan ekonomi," ujar Menko Luhut dalam acara Rakornas Anugerah Layanan Investasi 2021, Rabu (24/11/2021).

Menurut perkiraannya, pertumbuhan ekonomi bakal terus berangsur membaik hingga penghujung tahun ini. Sehingga Luhut memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi 4 persen untuk sepanjang 2021.

"Jadi pertumbuhan ekonomi kita bisa diramalkan akan lebih baik, dan kita melihat pada kuartal IV ini kita akan bisa mungkin dekat 5 persen, dan kemudian tahun ini roughly mungkin sekitar 4 persen pertumbuhan ekonomi kita," paparnya.

Pencapaian itu disebutnya jauh lebih baik dibanding negara-negara besar dunia lain. Pembatasan sosial dan relaksasi ekonomi secara bertahap jadi kunci terpenting, sehingga membuat Indonesia masuk dalam kategori level 1 dengan tingkat penularan Covid-19 rendah menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

"Tapi itu jauh lebih bagus dari banyak negara yang ada di sekitar kita. Jadi biar Anda tahu, yang level 1 sekarang ini ada India, China, Jepang, Taiwan, kemudian Indonesia," kata Luhut.

"Kalau di Eropa saya enggak tahu, semua naik. Negara-negara yang katanya hebat seperti Jerman, Italia, Perancis, Israel, Belanda, bahkan Belanda sampai demo lagi menghadapi ini. Malah Jerman sampai minta bantu Italia untuk rumah sakit karena sudah penuh," bebernya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya