Kepala BNPT Sebut Kemajuan Teknologi Berkontribusi Tingkatkan Terorisme

Boy Rafli mencontohkan, aktor tunggal atau lone-wolf dalam aksi terorisme seperti di Mabes Polri pada awal 2021 lalu merupakan salah satu dampak dari kemajuan teknologi.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 24 Nov 2021, 20:57 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar mengatakan, kemajuan teknologi berkontribusi dalam meningkatnya aktivitas terorisme. Proses radikalisasi, perekrutan, hingga pendanaan terorisme dapat dilakukan melalui internet.

Fenomena ini melahirkan aktor tunggal atau lone-wolf dalam aksi terorisme seperti yang terjadi di Mabes Polri pada awal tahun 2021 lalu.

"Kelompok radikal sangat sadar dengan media sosial, mereka pun jadi sistematis karena didukung sumber pendanaan besar, sehingga dengan uang itu mereka melakukan radikalisasi dan aksi terorisme," kata Boy Rafli dalam siaran persnya, Rabu (24/11/2021).

Dia menilai, saat ini tidak ada masyarakat yang kebal dari radikalisme dan terorisme. Paham tersebut masuk ke tiap sendi negara ini, termasuk di lembaga negara, lembaga pendidikan, bahkan organisasi keagamaan.

"Perlu ada penguatan nilai kebangsaan yang didukung oleh pemerintah dan masyarakat agar tercipta daya tangkal terhadap radikalisme dan terorisme," ujarnya.

Di sisi lain, kata Boy, terorisme, narkoba dan korupsi merupakan kejahatan transnasional dan terorganisiasi yang dapat menghambat pembangunan Indonesia. Ketiganya bahkan saling terhubung untuk mendukung tindak kejahatan yang lebih masif.

Dia mencotohkan narco-terrorism yakni aksi terorisme yang didanai dari perdagangan gelap narkoba. Tidak hanya di Indonesia, praktik narco-terrorism pun juga kerap terjadi di belahan negara lain menyebabkan berkembangnya eksistensi kelompok teror di dalam dan luar negeri.

 


Dorong Sinergitas BNPT, BNN, dan KPK

Untuk itu, Boy mendorong sinergitas BNPT, Badan Narkotika Nasional (BNN), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal ini demi menguatkan sendi negara ini dari degradasi moral utamanya kepada generasi muda Indonesia.

"Melalui upaya bersama ini potensi ancaman di tiga kejahatan ini akan tereliminasi dengan baik. Kolaborasi ini juga dengan masyarakat luas, menjadi bagian penting agar kita bergandeng tangan dalam menghadapi musuh negara. Nantinya kolaborasi ketiga lembaga akan fokus pada upaya pencegahan," tutur Boy Rafli.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya