Liputan6.com, Jakarta Lisa Manoban atau yang lebih dikenal dengan Lisa BLACKPINK terkonfirmasi positif COVID-19 pada Rabu, 24 November 2021. Usai kabar tersebut, ketiga member grup vokal asal Korea lainnya pun langsung melakukan tes PCR.
"Setelah tes RT-PCR, mereka Jisoo, Rosé, dan Jennie BLACKPINK telah menerima hasil terkonfirmasi negatif," ujar pihak YG Entertainment dikutip Soompi, Kamis (25/11/2021).
Advertisement
Dalam kesempatan yang sama, YG Entertainment juga mengonfirmasi bahwa Lisa mengetahui kondisi diagnosisnya sebelum merekam sebuah konten video. Kondisi kesehatan Lisa saat inipun dikabarkan baik dan tidak ada gejala khusus.
"Keempat anggota BLACKPINK telah sepenuhnya divaksinasi COVID-19, dan perusahaan serta artis kami telah diberikan perhatian khusus terkait kesehatan dan keselamatan melalui tes reguler," kata YG Entertainment.
"Kami berharap Lisa cepat sembuh, dan kami akan terus bekerja sama dan sungguh-sungguh dengan para penyelidik epidemiologis dari otoritas karantina untuk mengambil semua tindakan yang dibutuhkan untuk mencegah penyebaran COVID-19," tambahnya.
Melansir Showbiz Liputan6.com, YG Entertainment juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus mengupayakan yang terbaik bagi para member BLACKPINK.
"Kami akan terus mengupayakan sebaik mungkin dalam memberikan dukungan demi kesehatan artis dan staf kami yang terkait, dan menempatkannya sebagai prioritas. Bila ada perubahan pada masa mendatang, kami akan mengabari secepat mungkin," ujar pihak YG Entertainment.
Kemungkinan tertular
Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber, seluruh anggota BLACKPINK sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dengan dosis lengkap. Namun, kemungkinan tertular pun akan selalu ada.
"Saya nyatakan lagi bahwa vaksin ini tidak membuat kita kebal seperti Superman. Vaksin ini membuat daya tahan tubuh kita lebih baik," ujar Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers saat kedatangan vaksin COVID-19 tahap ke-18 pada Rabu, 30 Juni 2021.
Artinya, siapapun masih bisa tertular oleh virus Corona. Namun risiko untuk mengalami perburukan saat terinfeksi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan vaksinasi.
"Kalau kita terpapar, yang harusnya sakit berat menjadi sakit ringan. Yang harus sakit ringan menjadi sakit tanpa gejala," kata Budi.
Advertisement