Liputan6.com, Jakarta Healing adalah proses pemulihan kondisi mental yang mulanya bermasalah menjadi kembali stabil. Namun, healing tidak dapat disebut penyembuhan karena kondisi mental yang sebelumnya dirasakan tidak bisa hilang sepenuhnya.
Seperti disampaikan, psikolog dari Enlightmind Nirmala Ika, definisi sembuh dalam kesehatan mental bukan berarti sembuh seutuhnya, karena kondisi mentalnya tetap ada tapi lebih terkelola.
Advertisement
Healing dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti kembali ke alam, konseling, konsultasi keagamaan, perubahan perilaku, dan pemrosesan oleh ahli.
Menurut Nirmala, jika proses healing tidak dilaksanakan maka akan ada isu yang tak terselesaikan.
“Kalau healing tidak terlaksana bisa dibilang kita punya isu yang tak selesai-selesai dan ini bisa terbawa sampai tua bahkan bisa diturunkan ke anak-anak,” kata Nirmala kepada Health Liputan6.com, Rabu (24/11/2021) melalui sambungan telepon.
Ia memberi contoh isu yang tidak terselesaikan dapat berdampak pada model pengasuhan anak di kemudian hari. Misalnya, orangtua selalu menerapkan cara pengasuhan pada anak sesuai dengan pengasuhan yang ia terima ketika masih kecil.
“Misalnya ada istilah, ‘dulu mama atau papa lebih berat dari pada ini’ atau ‘dulu kakekmu lebih kasar, dan yang mama lakuin sekarang tuh baik’ ini menunjukkan masih ada isu yang belum selesai dan dia melimpahkan kepada anaknya.”
Dampak Lain
Selain berdampak pada pengasuhan, isu yang tak selesai juga bisa terbawa ke lingkungan kerja. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana seseorang memperlakukan orang lain di lingkungan kerja.
Misal, atasan yang memperlakukan bawahan dengan seenaknya karena ia pun mengalami hal tersebut di masa lalu.
“Kalau ini tak terselesaikan dan makin besar maka ini bisa memengaruhi produktivitas dalam bekerja. Fungsi kita sebagai manusia juga pasti bisa terpengaruh. Baik dalam pekerjaan, pengasuhan, relasi dengan pasangan, bahkan peran kita sebagai warga negara juga bisa terpengaruh.”
Advertisement
Contoh Kasus
Contoh dampak isu yang tak terselesaikan dan memengaruhi diri sebagai warga negara adalah ketika terlalu fokus pada kehidupan berdemokrasi.
Ini menjadi masalah ketika fokus tersebut terlalu serius dan menimbulkan perseteruan dengan orang lain termasuk anggota keluarga.
“Misalnya kita berdemokrasi sampai bawa perasaan (baper), kita musuh-musuhan dengan ibu kita karena beda pandangan. Kalau secara logika ngapain kan, berarti ada sesuatu yang membuatnya rela berantem hanya karena berbeda pendapat dalam pandangan demokrasi.”
Berbagai dampak yang bisa timbul akibat isu yang tak terselesaikan memang paling banyak menimpa anak, lanjutnya. Pasalnya, anak merupakan pihak yang dianggap lebih rendah dari diri sendiri.
Infografis 5 Tips Kuatkan Daya Tahan Mental agar Tubuh Lebih Sehat Cegah COVID-19
Advertisement