Bisa Berpikir Out of the Box, Anak Disleksia Cenderung Lebih Kreatif

Sering terjadi kesalahpahaman di antara orang awam terhadap anak disleksia. Bagi yang tidak mengetahui kondisi disleksia, orang akan memandang anak tersebut bodoh atau sulit diajarkan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 26 Nov 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi disleksia Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Sering terjadi kesalahpahaman di antara orang awam terhadap anak disleksia. Bagi yang tidak mengetahui kondisi disleksia, orang akan memandang anak tersebut bodoh atau sulit diajarkan.

Disleksia sendiri merupakan kondisi yang dapat ditandai dengan kesulitan membaca dan menulis. Ketika membaca dan menulis, anak disleksia dapat melihat tulisan yang terbolak-balik sehingga sulit dipahami.

Padahal, menurut Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia dr. Kristiantini Dewi, Sp.A, kebanyakan orang dengan disleksia memiliki kreativitas dan ide-ide yang out of the box. Hal ini memiliki alasan tersendiri berdasarkan penelitian.

 “Penelitian makin ke sini makin memperlihatkan bahwa ada bagian atau sel-sel otak tertentu yang pada orang non disleksia misalnya yang aktif itu A dan yang tidak aktif B. Nah, pada orang disleksia terbalik, padahal yang B ini ternyata kalau aktif dapat melibatkan lintasan di otak yang lebih kompleks,” katanya dalam kongkow Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin) dikutip Kamis (25/11/2021).

Dampaknya, orang dengan disleksia bisa menjadi super kreatif. Namun, kreativitas ini bisa tampak sangat unik karena membutuhkan processing speed yang lebih lama, apa-apa harus divisualisasikan, tidak bisa numpuk.

“Mereka bisa memiliki rencana yang baik hingga di masa depan tapi kesulitan untuk mengeksekusi rencana tersebut satu per satu secara segmented.”


Sering Diremehkan

Dokter yang akrab disapa Tian menambahkan, masyarakat yang tidak mengerti terkait kondisi disleksia cenderung salah paham, meremehkan, saling berkonflik, dan tidak memercayakan suatu amanah kepada mereka.

Padahal, orang disleksia sebenarnya sangat dibutuhkan, lanjutnya. Ini dibuktikan dengan The National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang sengaja merekrut orang dengan disleksia untuk diajak bekerja sama.

“NASA sengaja melakukan rekrutmen astronot dengan ketentuan selain harus memenuhi syarat astronot tapi lebih dari 50 persennya juga harus menyandang disleksia.”


Alasan NASA

Menurut Tian, rekrutmen orang dengan disleksia untuk menjadi astronot yang dilakukan NASA bukan tanpa alasan.

“Kenapa coba? Kalau ke luar angkasa itu pasti latihan di bumi, simulasi, baca buku manual dan sebagainya, tapi tetap saja sesuatu yang tidak ada di buku manual bisa saja terjadi di luar angkasa.”

“Sepertinya hanya penyandang disleksia yang bisa mengikuti kongkow-kongkow lalu mereka menemukan ide terkait masalah roketnya saking pikirannya out of the box. Mungkin di lapangan belum ada yang berpikir sampai situ, ya mudah-mudahan ke depannya kesalahpahaman semakin hilang.”

 

 


Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya