Kata Pakar Astronomi Indonesia Soal Misi DART dari NASA

Tekno Liputan6.com menghubungi pakar astronomi Indonesia untuk membahas mengenai misi DART yang akan diluncurkan NASA tahun depan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 25 Nov 2021, 19:13 WIB
Pesawat ruang angkasa Double Asteroid Redirection Test (DART) dengan Roket SpaceX Falcon 9 yang diluncurkan dari Vandenberg Space Force Base terlihat dari Simi Valley, California, AS, 23 November 2021. DART bertujuan membelokkan asteroid berbahaya yang menuju bumi. (AP Photo/Mark J. Terrill)

Liputan6.com, Jakarta - NASA berencana melakukan uji coba peluncuran pesawat luar angkasa yang bertujuan untuk melindungi Bumi dari asteroid pada 2022. Jadi, pesawat luar angkasa ini nantinya akan menabrakkan diri ke asteroid yang dituju.

Misi ini dikenal dengan nama DART atau Double Asteroid Redirect Mission. Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, uji coba ini dilakukan pada salah satu asteroid kembar.

"Pada saat uji coba, posisi asteroid sangat jauh dari Bumi, sekitar 11 juta km. Uji coba dilakukan dengan menabrak asteroid kecil (berukuran 160 m) yang mengorbit asteroid besar (berukuran 780 km)," tutur Thomas saat dihubungi Tekno Liputan6.com melalui pesan teks, Kamis (25/11/2021).

Nama asteroid dengan ukuran lebih kecil dan menjadi tujuan misi ini adalah Dimorphos. Asteroid tersebut mengitari asteroid yang lebih besar bernama Dydimos.

"Asteroid akan ditabrak wahana DART dengan kecepatan 6,6 km/detik. Dengan tabrakan itu, diharapkan orbit asteroid kecil akan berubah. Skenario seperti itu yang akan dilakukan jika nantinya ada asteroid yang mengancam Bumi," tutur Thomas menjelaskan lebih lanjut.

Dihubungi secara terpisah, Peneliti bidang astronomi/astrofisika Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Rhorom Priyatikanto menuturkan, asteroid kembar itu dipilih karena NASA ingin mengetahui efek tabrakan DART terhadap orbit Dimorphos yang mengitari Dydimos.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Efek Misi DART

Ia mengatakan, efek itu lebih mudah diukur ketimbang perubahan orbitnya mengitari Matahari. Sebab, menurut Rhorom, jika mengukur perubahan orbit asteroid mengitari Matahari butuh bertahun-tahun melihat efek pembelokan akibat tabrakan DART yang ukurannya relatif kecil.

"Jadi, kalau ditanya efektivitasnya (saat ini) dalam menghalau asteroid yang akan masuk ke Bumi, maka jawabannya masih amat rendah. Namun, DART menjadi uji coba teknologi yang akan melindungi Bumi di masa depan," tuturnya menjelaskan.

Oleh sebab itu, ia menuturkan, DART dapat menjadi metode untuk menghalau asteroid yang dapat membawa malapetaka bagi Bumi di masa depan. Terlebih, ada potensi asteroid yang membahayakan Bumi.


Belajar dari Sejarah

Roket SpaceX Falcon 9 dengan pesawat ruang angkasa Double Asteroid Redirection Test (DART) diluncurkan dari Space Launch Complex 4E, Vandenberg Space Force Base, California, AS, 23 November 2021. Setelah berpisah dari roket, DART akan melakukan perjalanan menuju asteroid. (Bill Ingalls/NASA via AP)

Rhorom menuturkan, apabila melihat sejarah, asteroid memang bisa memiliki dampak yang membahayakan bagi Bumi. Ia mencontohkan, dinosaurus yang punah karena malapetaka akibat kejatuhan asteroid.

"Belakang ini ada kejadian dashyat di Chelyabinski atau Tungushka (Rusia). Ledakan meteor di Bone, Bali, Lampung juga terbilang ekor dari fenomena benda jatuh antariksa," tuturnya melanjutkan.

Untuk itu, asteroid yang menghantam Bumi merupakan suatu keniscayaan. Namun hal itu memang tidak terjadi dalam waktu dekat.

"Kejadian yang memusnahkan dinosaurus adalah kejadian jutaan tahun sekali. Kejadian yang lebih ringan tentu lebih sering dan upaya NASA (disusul ESA) merupakan upaya planetary defense," ujarnya menutup perbincangan.

(Dam/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya