Liputan6.com, Jakarta - Struktur pendanaan organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI) dibeberkan oleh Kabag Banops Densus 88 Antiteror Kombes Aswin Siregar.
Struktur tersebut mulai dari kepala kelompok, bendahara, hingga pelatihan para pendakwah dalam rangka mempertahankan eksistensi kelompok.
"Bahwa ada sumber internal ada sumber eksternal. Tapi mungkin dulu di zaman Al Qaeda, sumber pendanaannya dari luar, namun setelah dibekukan aset-asetnya oleh PBB, sehingga mereka harus mencari sumber dana sendiri," kata Aswin di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis 25 November 2021.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, diungkapkan Aswin, Tim Densus 88 Antiteror Polri telah total menangkap 24 terduga teroris yang masuk dalam struktur pendanaan kelompok JI.
Dia menjabarkan, mereka berasal dari baitul maal dan yayasan yang sengaja dibentuk dan sempat legal dalam beroperasi.
"14 dari BM ABA (Baitul Maal Abdurrahman bin Auf), 10 dari SO (Syam Organizer)," terang Aswin.
Berikut deretan fakta terkait Densus 88 beberkan struktur pendanaan organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI) dihimpun Liputan6.com:
1. Ada Sumber Internal dan Eksternal
Kabag Banops Densus 88 Antiteror Kombes Aswin Siregar membeberkan struktur pendanaan organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI) mulai dari kepala kelompok, bendahara, hingga pelatihan para pendakwah dalam rangka mempertahankan eksistensi kelompok.
"Bahwa ada sumber internal ada sumber eksternal. Tapi mungkin dulu di zaman Al Qaeda, sumber pendanaannya dari luar, namun setelah dibekukan aset-asetnya oleh PBB, sehingga mereka harus mencari sumber dana sendiri," kata Aswin di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis 25 November 2021.
Advertisement
2. Penggambaran Struktur Pendanaan
Menurut Aswin, terduga teroris FS selaku Ketua Baitul Maal (BM) Abdurrahman bin Auf (ABA) menggambarkan bagan struktur organisasi Jamaah Islamiyah. Di mana Amir JI langsung membawahi Bendahara Pusat yang menerima berbagai dana untuk aktivitas terorisme dari BM ABA melalui kurir.
"Ini disederhanakan dari dokumen yang kita dapat. Kemudian ada bidang tajhiz atau (dan) bidang dakwah di bawah bendahara pusat. Ini adalah lapisan yang menggerakkan semua organisasi. Jadi dari, dan ini yang tidak kita kenal nih," ucap dia.
Aswin mengatakan, bidang tajhiz membawahi BM ABA selaku salah satu dari lembaga-lembaga legal yang dibuat JI. Kemudian bidang dakwah membawahi Yayasan Syam Amal Abadi yang membuat beragam yayasan formal, seperti SO dan One Care.
"Kemudian di sebelahnya lagi (di bawah bidang dakwah) ada yayasan madina, kalau mungkin di organisasi seperti steering committee. Jadi kalau pihak sana perlu fund rising, maka pihak sini menyiapkan orang-orang atau dai yang akan berceramah. Jadi yang di sini menyiapkan materi, menyiapkan orang-orangnya," kata Aswin.
3. Sebut Pendanaan Adalah Darah dan Napas Kelompok Teroris
Tim Densus 88 Antiteror Polri terus mengejar dan mengusut berbagai pihak yang terlibat dalam kelompok teroris JI, termasuk yang masuk dalam struktur pendanaan organisasi terlarang itu.
"Pertama yang perlu kami jelaskan bahwa pendanaan ini adalah napas dan darah kelompok teror. Life blood ya kalau kita bilang. Hidup matinya kelompok teror," kata Aswin.
Menurut Aswin, pondasi pendanaan digunakan oleh seluruh organisasi terorisme di dunia. Sebab, keberadaan kelompok tersebut hanya bisa dipertahankan dengan adanya keuangan yang memadai.
"Ini memang bukan cuma di kita. Di seluruh dunia kelompok-kelompok ini terus berusaha mendapatkan sumber dana dari mana pun. Sehingga aktivitas teror ini tidak akan eksis selama pendanaannya ini tidak ada," papar dia.
Advertisement
4. Total Tangkap 24 Terduga Teroris dari Organisasi Pendanaan JI
Aswin mengungkapkan, Tim Densus 88 Antiteror Polri total menangkap 24 terduga teroris yang masuk dalam struktur pendanaan kelompok Jamaah Islamiyah (JI). Mereka berasal dari baitul maal dan yayasan yang sengaja dibentuk dan sempat legal dalam beroperasi.
"14 dari BM ABA (Baitul Maal Abdurrahman bin Auf), 10 dari SO (Syam Organizer)," tutur dia.
Menurut Aswin, pihaknya juga sudah mendapatkan sejumlah nama berikut peran dari target operasi selanjutnya.
Tentunya, kata dia, pengusutan akan terus berlanjut sampai keseluruhannya terungkap.
"Kita sudah mendapatkan lagi nama-nama atau pun peran-peran dari yang selanjutnya dan bagaimana kita menyusun puzzle teka teki ini sebagai life blood organisasi teror," terang Aswin.
5. Sebut Kelompok JI Gunakan Dana untuk Raih Simpati Masyarakat
Kemudian, Aswin mengatakan, kelompok teroris JI juga menggunakan dana untuk meraih simpati dari masyarakat.
Dengan begitu, segala bentuk penegakan hukum yang dilakukan petugas dapat diputabalikkan menjadi klaim kriminalisasi.
Aswin menyampaikan, berbagai gerakan sosial masyarakat memang sengaja disiapkan oleh organisasi pendanaan JI.
Program yang dibangun pun disampaikan dulu ke pimpinan JI dan selalu dikabulkan untuk kemudian dilaksanakan.
"Yang di mata publik kegiatan yang tidak melanggar. Seperti pendirian sekolah, pendidkan, pengiriman bantuan ke luar negeri terutama Suriah, pakaian, makanan, dan lain-lain yang dikawal kelompok mereka. Sehingga tidak kelihatan seperti itu (aktivitas terorisme), padahal itu bagian dari program atau strategi meraih simpati masyarakat yang endingnya penguasaan wilayah dengan dukungan," tutur Aswin.
Advertisement
6. Butuh Waktu Ungkap Semua
Aswin menyebut, Densus 88 Antiteror Polri berusaha mengikis, membuka, dan melemahkan organisasi Jamaah Islamiyah sehingga bisa tuntas secara keseluruhan. Prosesnya pun tidak cukup dalam setahun atau dua tahun.
"Kita sudah naik ke atas. Kita dulu sudah ke tangan yang dulu sudah berlumuran darah, meledak-meledak, sekarang ke atas (struktur organisasi)," ucap dia.
7. Reaksi Masyarakat
Aswin menyatakan, semakin legal sebuah organisasi yang dibangun oleh kelompok JI maka akan semakin sulit Tim Densus 88 Antiteror Polri mengusut dan melakukan pembuktian keterlibatan tindak pidana terorisme yang ada.
Terlebih jika simpati masyarakat berhasil dibangun lewat berbagai program sosial.
"Sehingga seperti yang kita hadapi kemarin setelah menangkap, publik bereaksi seolah-olah kita mengkriminalisasi," Aswin menandaskan.
Advertisement