Liputan6.com, Jakarta Realisasi belanja subsidi energi mencapai Rp 97,6 triliun hingga Oktober 2021. Nilai subsidi ini naik 20 persen dari realisasi periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 81,3 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan jika subsidi energi naik dipicu peningkatan harga minyak dunia serta perpanjangan diskon tarif listrik.
Advertisement
"Realisasi diskon listrik rumah tangga dan UMKM sebesar Rp 7,5 triliun," ujar dia saat Konferensi Pers APBN KITA Edisi November 2021 di Jakarta, Kamis (25/11/2021).
Untuk rinciannya, kata dia, aliran subsidi energi dikucurkan ke bahan bakar minyak (BBM) solar sebanyak 11,67 juta kiloliter.
Kemudian subsidi LPG tabung 3 kg sebesar 5.547,8 juta kg, pelanggan subsidi listrik 37,97 juta pelanggan, dan volume konsumsi listrik subsidi 46,84 TWh.
Subsidi Non Energi
Realisasi subsidi non energi juga meningkat 6,8 persen menjadi Rp 46,9 triliun pada Oktober 2021 dari Rp 43,9 triliun pada Oktober 2020.
Realisasi subsidi non energi naik dipicu program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang memberikan subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR) dan subsidi upah.
Penyaluran subsidi non energi sejak Januari-Oktober 2021 diberikan dalam bentuk subsidi bunga KUR kepada 6,3 juta debitur, penyaluran kredit KUR senilai Rp37,2 triliun, dan subsidi bantuan uang muka (SBUM) untuk 104,2 ribu unit rumah.
"Subsidi rumah diharapkan bisa untuk membantu masyarakat berpendapat rendah dan mendorong pemulihan ekonomi nasional," dia menandaskan.
Advertisement