Liputan6.com, Jakarta - Memiliki saudara yang lebih tua bisa menjadi nilai tambah yang bagus untuk anak kedua. Mereka dapat mempelajari banyak hal dari meniru perilaku sang kakak.
Namun, di saat yang bersamaan, anak kedua juga menghadapi banyak tantangan dan ekspektasi tinggi dari orang tua.
Advertisement
Belum lagi tambah dengan dominasi dari sang kakak yang bersikeras untuk tetap menjadi yang pertama dalam segala hal, jelas Meri Wallace, seorang seorang pakar parenting, yang dikutip dari Psychology Today, Jumat (26/11/2021).
Dijelaskan psikologi konselor anak Sagari Gogala di laman Mom Junction, anak kedua atau umumnya merasakan hal-hal berikut ini dalam keluarga.
1. Tidak Terlalu Bergantung pada Orang Tua
Pada sebuah penelitian yang melibatkan 400 orang mahasiswa tingkat akhir, hasilnya menunjukkan bahwa mereka lebih mengandalkan saudara atau teman dibanding orang tua mereka.
Hal ini disebabkan mereka lebih sedikit menghabiskan waktu bersama orang tua dibandingkan anak sulung.
2. Lebih Kuat Menghadapi Tekanan Sosial
Karena terbiasa menghadapi ekspektasi dari kedua orang tua, juga tuntutan dari kakaknya, anak kedua cenderung menjadi lebih kuat menghadapi tekanan sosial dibandingkan anak pertama.
Mereka juga jadi lebih mandiri dan bisa membela diri sendiri di tengah pergaulan, meski tanpa bantuan orang tua.
Advertisement
3. Kompetitif
Lantaran ingin melawan dominasi sang kakak, anak kedua mungkin saja melakukan persaingan dengan saudaranya.
Anak kedua merasa harus berkompetisi agar bisa mendapatkan pengakuan dalam keluarga. Oleh sebab itu, anak kedua cenderung kompetitif dibanding kakaknya.
4. Cenderung Memberontak
Berdasarkan sebuah sebuah studi, yang dilansir dari Marie Claire, anak kedua lebih cenderung memberontak. Dalam banyak keadaan, adik laki - laki memiliki tingkat kejahatan remaja yang jauh lebih tinggi, terutama kejahatan kekerasan yang parah, dan pemenjaraan daripada kakak-kakak mereka.
Studi ini menunjukkan bahwa ini mungkin berhubungan dengan perubahan gaya pengasuhan dari anak pertama ke anak kedua.
“Selain fakta bahwa anak sulung mengalami perhatian yang tidak terbagi sampai kedatangan anak kedua, kami menemukan bahwa kedatangan anak kedua memiliki potensi untuk memperpanjang investasi orang tua pada masa kanak-kanak awal pada anak sulung,” kata salah satu penulis studi tersebut, Joseph Doyle.
5. Pintar Bernegosiasi
Terlatih bernegosiasi dengan orangtua dan kakak semasa kecil, membuat anak kedua tumbuh menjadi seorang negosiator yang baik.
Selain itu, kepribadiannya yang supel akan membuatnya mudah bergaul dan beradaptasi di lingkunganyang cenderung berubah dalam waktu cepat. Kemampuan sosialnya akan membuat dia selalu sukses dalam bidang pekerjaan yang menuntutnya berinteraksi dengan manusia.
6. Berpikiran Terbuka dan Suka Mencoba Hal Baru
Sebagai orang yang memiliki saudara dan tidak menjadi tumpuan harapan orangtua, seringkali anak kedua dipaksa mandiri sejak dini. Hal ini membuatnya suka mencoba hal baru, dan cenderung lebih berpikiran terbuka.
Salah satu penelitian menyebut, sebanyak 85 persen anak kedua suka mencoba hal baru. Angka ini lebih tinggi dibandingkan jumlah anak sulung yang suka mencoba tantangan baru hanya 50 persen.
Reporter: Lianna Leticia
Advertisement