Mendadak Jadi Atlet Tenis Meja, Ini Cerita Unik di Balik Peparnas 2021

Atlet tenis meja asal Sumatera Barat, Eriyon (49) membagikan cerita unik saat ia mengikuti Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Nov 2021, 10:00 WIB
Atlet tenis meja asal Sumatera Barat, Eriyon. Foto: dokumen pribadi Eriyon.

Liputan6.com, Jakarta Atlet tenis meja asal Sumatera Barat, Eriyon (49) membagikan cerita unik saat ia mengikuti Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021.

Menurut pria yang menyandang disabilitas daksa, ini adalah kali pertamanya bertanding sebagai atlet tenis meja. Kariernya sebagai atlet memang sudah dimulai sejak 2012. Namun, khusus di cabang olahraga tenis meja ia baru menekuninya 3 bulan sebelum pagelaran Peparnas.

“Sebelumnya saya di cabang olahraga bulu tangkis waktu Peparnas 2012 di Pekanbaru,” katanya kepada kanal Disabilitas Liputan6.com, Kamis (26/11/2021).

Setelah menekuni cabang bulu tangkis selama satu periode, ia kemudian berpindah cabang olahraga lain yakni boling.

“Sebelum ke tenis meja, saya ke boling dulu. Waktu Peparnas 2016 di Bandung, saya jadi atlet boling dulu.”

Dari pertandingan tersebut, pria kelahiran 23 Desember 1971 ini berhasil membawa pulang medali perunggu.


Mendadak Masuk Tenis Meja

Pada pertandingan Peparnas 2021, barulah Eriyon pindah lagi ke cabang olahraga tenis meja secara mendadak.

“Ini mendadak kali ya, Alhamdulillah bisa menguasai. Di Papua enggak dapat medali, dapat pengalaman saja.”

Ia pun menyampaikan bahwa hanya memiliki waktu 3 bulan untuk berlatih sebelum berangkat ke Papua. Walau demikian, menurutnya pergantian cabang olahraga di dunia olahraga disabilitas memang biasa terjadi.


Kesan di Peparnas 2021

Terkait pengalamannya selama di Papua, menurutnya hal yang paling berkesan adalah ketika dapat bertemu dengan atlet-atlet lain di sana.

“Di Papua kemarin yang berkesannya itu kita bisa bertemu kawan-kawan lain. Kalau kendalanya sih paling jarak hotel ke lapangan itu jauh, kita memakan waktu 1 jam untuk sampai ke sana.”

Sementara itu, terkait aksesibilitas di hotel dan di venue, Eriyon menilai semuanya sudah cukup bagus. Ini ia rasakan sendiri sebagai pengguna kursi roda yang merasa dimudahkan untuk keluar masuk hotel dan venue karena sudah disediakan jalan khusus.

“Kalau pengalaman saya kemarin, tidak ada masalah akses, lancar-lancar saja.”

Ia berharap, ke depannya para atlet disabilitas terutama yang di Sumatera Barat bisa lebih maju lagi. Selain itu, waktu latihan untuk persiapan pertandingan yang kini disediakan 3 bulan perlu ditambah misalnya menjadi 6 bulan, tutupnya. 

 


Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya