Liputan6.com, Maputo - KBRI Maputo di Mozambik berkolaborasi dengan media nasional setempat untuk mempromosikan keindahan batik Indonesia kepada masyarakat lokal. Ini menjadi salah satu upaya diplomasi budaya dengan merangkul media dan Indonesianis.
Berdasarkan informasi Kemlu, Jumat (26/11/2021), KBRI Maputo menerima kunjungan dari Media Elektronik Nasional Mozambik (TVM) ke Pusat Budaya Indonesia di Maputo (23/11).
Baca Juga
Advertisement
Dalam kunjungan tersebut, TVM bermaksud untuk memperkenalkan keunikan batik Indonesia kepada masyarakat Mozambik.
Perwakilan KBRI Mozambik memberikan penjelasan mengenai motif, perpaduan warna, jenis bahan hingga proses pembuatan Batik Indonesia.
KBRI Maputo berkata akan terus mengoptimalkan peluang untuk mendukung peningkatan citra Indonesia di Mozambik melalui kegiatan menarik seperti promosi batik. Diharapkan ini bisa meningkatkan minat serta perhatian dari masyarakat Mozambik terhadap Indonesia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
UMKM Kota Tangerang Sukses Ciptakan Motif Batik Berfilosofi Pinang
Beralih ke dalam negeri, pandemi Covid-19 sangat berdampak di berbagai sektor, tak terkecuali di UMKM. Berbagai cara untuk mempertahankan usaha kecil sampai melihat peluang, selalu dicari oleh penggiat UMKM.
Seperti yang dilakukan para penggiat UMKM di Kota Tangerang, tak pantang menyerah menghadapi pandemi Covid-19 yang masih dirasa hingga saat ini. Ada yang mencari celah peluang usaha lain, sampai memiliki ide membuat batik ciri khas daerah asalnya.
"Terpenting, usaha tidak boleh stag, harus tetap bertahan dan jalan. Karyawan harus sama-sama tercukupi, karena kita tidak pernah tahu pandemi ini akan berakhir kapan,"ungkap Oktavia D Pratiwi, Owner Hendjico & Batik Pinang Beres yang juga Ketua UMKM Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Jumat (5/11).
Perempuan yang akrab disapa Okta ini menceritakan, bila dulu sebelum pandemi Covid-19, dia dan belasan karyawannya di rumah konveksi, biasa menerima pesanan seragam dari berbagai pabrik ternama, sekolah dan perkantoran. Namun, karena pandemi yang membuat semua pekerjaan serta sekolah dilakukan secara daring dari rumah, membuatnya mendadak kehilangan pelanggan.
"Itu terjadi saat Agustus tahun lalu, kita sempat panik juga. Ditambah lagi saat itu kita kebanjiran, air banjir masuk semua ke workshop, makanya harus muter otak lagi, jangan terlalu lama terpuruk," kata Okta.
Saat itu, Okta memanfaatkan peluang yang ada. Seperti membuat masker kain, membuat pesanan almamater, sampai akhirnya dia terinspirasi membuat kain Batik ciri khas Kecamatan Pinang, tempat tinggalnya.
Advertisement