Liputan6.com, Jakarta - Nyaris mau dua tahun pandemi COVID-19 mengakibatkan kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) dilaksanakan secara daring (online). Yang tanpa disadari menimbulkan berbagai konsekuensi psikologis, bukan hanya bagi anak dan guru, tapi juga orangtua.
Hasil riset organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) bahkan menyatakan bahwa PTM yang dilakukan tidak di sekolah mengakibatkan anak berisiko kurang kompetitif saat menghadapi dunia kerja. Serta potensi pengurangan pendapatan hingga minus tiga persen seumur hidup.
Advertisement
Namun, beberapa bulan terakhir, makin gencarnya program vaksinasi untuk guru maupun tenaga pengajar lainnya --- bahkan dua bulan yang lalu anak usia 12+ sudah boleh disuntik vaksin --- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia mengizinkan pelaksanaan PTM di sekolah dengan persyaratan khusus.
Gita Wirjawan --- dalam webinar bersama Nusantics pada Kamis, 25 November 2021 --- mengatakan bahwa kebijakan PTM di sekolah harus didukung guna menyiapkan generasi muda untuk kepentingan jangka panjang. Namun, harus tetap dilakukan dengan prinsip kepekaan juga kehati-hatian.
"Di situasi penuh tantangan kayak sekarang, perlu kebijakan dari berbagai pihak mengingat bahwa kondisi setiap wilayah, khususnya di kota besar dan kecil sangat berbeda," kata Gita.
Psikolog Klinis Anak, Roslina Verauli MPsi Psi, menambahkan, peran orangtua pun sangat diperlukan agar pelaksanaan PTM di sekolah berjalan dengan lancar.
Dalam situasi dilematis saat ini, kata Vera, orangtua butuh menunjukkan bahwa mereka paham akan kebutuhan dan kekhawatiran anak untuk kembali ke sekolah. Serta bertemu dengan teman-teman guna menjalin relasi sosial.
"Orangtua juga harus memastikan dapat hadir dan memberikan dukungan dengan melibatkan teknik positive parenting," kata Vera.
Kembali ke Sekolah
Dalam kesempatan tersebut, diluncurkan kampanye dan kegiatan nasional Kembali ke Sekolah yang digalakan sebuah perusahaan bioteknologi Nusantics.
'Kembali ke Sekolah' bersama Nusantics bertujuan membantu meningkatkan kepercayaan orangtua, tenaga pengajar, serta para siswa untuk melakukan PTM dengan aman dan nyaman di sekolah.
Co Founder dan CEO Nusantics, Sharlini Eriza Putri, mengatakan, melalui kapabilitas utama dalam hal teknologi dan riset berbasis mikrobioma, Nusantics memberikan solusi komprehensif yang terdiri dari surveilans pada warga sekolah dengan PCR gargle (kumur) yang nyaman bagi anak, serta pemeriksaan kandungan virus dan sirkulasi udara di ruang kelas dengan layanan air scan.
Hasil penelitian pro-bono Nusantics pada 121 ruang kelas pada SDN di Jakarta menyatakan bahwa sebanyak 119 ruang kelas terdeteksi aman pada periode sample September hingga Oktober 2021.
"Kami menyadari ini adalah situasi yang dilematis, tapidemi kebaikan jangka panjang dari sisi intelektualitas dan psikologis, PTM harus dilakukan dengan hati-hati," katanya.
"Oleh sebab itu deteksi virus Corona penyebab COVID-19 di udara dengan metode PCR dan pengukuran sirkulasi udara sangat penting dilakukan untuk memitigasi risiko penularan dan menentukan langkah strategis dalam memastikan keamanan ruangan kelas dan lingkungan sekolah," dia menambahkan.
Advertisement
Kolaborasi Nasional
Menurut dia bahwa kolaborasi nasional penelitian ini merupakan bagian dari visi dan misi Nusantics untuk menggunakan kemampuan dalam bidang bioteknologi untuk kebaikan masyarakat luas.
Melihat sambutan yang sangat positif dari pihak sekolah dan Kemendikbud Ristek, Nusantics memutuskan untuk membawa kegiatan ini ke skala nasional agar seluruh anak di Indonesia dapat kembali bersekolah dengan aman dan nyaman, serta mendapatkan keadilan dalam memeroleh akses pendidikan.
"Kami percaya bahwa pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama, termasuk pihak swasta, baik domestik maupun asing, karena sama-sama memerlukan sumber daya manusia yang unggul. Maka, mari kita berkolaborasi dan bergandengan tangan memastikan sekolah aman untuk semua” katanya.
Infografis Isi Tas Siaga Covid-19 Saat Siswa Ikut PTM Terbatas
Advertisement