Menanti Aksi Nyata Pemkab Blora Tangani Biang Kerok Banjir di Kota Minyak Cepu

Wilayah Cepu yang kerap kebanjiran dadakan antara lain, yakni Kelurahan Cepu, Balun, Ngelo, Karangboyo, Tambakromo, Ngroto serta Desa Mulyorejo.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 29 Nov 2021, 07:40 WIB
Warga terlihat berjibaku membersihkan lingkungannya yang terdampak banjir di lokasi banjir wilayah Kelurahan Cepu, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Cepu, kecamatan yang dikenal sebagai kota minyak di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ternyata juga rutin kebanjiran setiap musim hujan datang.

Wilayah Cepu yang kerap kebanjiran dadakan antara lain, yakni Kelurahan Cepu, Balun, Ngelo, Karangboyo, Tambakromo, Ngroto serta Desa Mulyorejo. Beruntungnya banjir yang terjadi tidak pernah berangsur lama dan cepat surut.

Supriyono, salah satu warga RT 02 RW 01 Kelurahan Cepu mengatakan, bahwa setiap daerah Wonorejo terjadi hujan lebat, maka air selalu masuk perkampungan dan rutin kebanjiran sejak dirinya lahir tahun 1980-an hingga sekarang.

"Dari dulu belum pernah ada tindakan yang pasti dari pemerintah setempat, dalam arti untuk penanggulangan supaya tidak terjadi banjir terus-terusan," ujar Supriyono kepada Liputan6.com, Minggu (28/11/2021).

Supriyono berharap semoga ada upaya dari pemerintah supaya banjir di daerahnya itu bisa ditanggulangi dan tidak terjadi rutinan setiap musim hujan datang.


Penyebab Banjir

Ketua TRC BPBD Blora, Agung Tri didampingi pihak Koramil dan Polsek Cepu ketika diwawancarai awak media di lokasi banjir wilayah Kelurahan Cepu, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Ketua TRC BPBD Blora, Agung Tri menyampaikan, penyebab banjir luapan yang jadi rutinan itu karena drainase yang tidak baik, kemudian aliran sungai yang tidak kuat untuk menampung air. Serta karena adanya jembatan yang melintang di wilayah asrama Migas.

Ia menyebutkan, adanya sejumlah wilayah di Kelurahan Cepu mulai kebanjiran terjadi pada Sabtu sore. Banjir luapan tersebut menggenang hingga malam hari dengan ketinggian air yang berbeda-beda.

"Air mulai datang sekitar jam 15.45 WIB dan sudah mulai surut sekitar jam 19.00 WIB," kata Agung sapaan Agung Tri.

Menurutnya, untuk wilayah terdampak banjir luapan, di wilayah kelurahan cepu ada sekitar 85 rumah terendam dengan ketinggian air sekitar 30-50 cm. Kemudian Kelurahan Karangboyo dan Kelurahan Ngelo, ada 2 RT dan 2 RW dengan ketinggian air sekitar 30-40 cm.

Lalu, di Kelurahan Balun tepatnya di RW 11 ada sekitar 9 rumah yang terendam dengan ketinggian air sekitar 30-40 cm. Pasca-banjir dadakan sudah mulai surut, warga terlihat berjibaku membersihkan lingkungan masing-masing.


Sumbatan di Jembatan Wilayah Migas

Penampakan jembatan wilayah Migas yang kerap tersumbat hingga jadi salah satu biang kerok terjadinya banjir di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Agung menjelaskan, air banjir luapan kerap menggenangi wilayah Cepu karena terdapat sumbatan di jembatan wilayah Migas.

"Jadi ada jembatan yang airnya tidak bisa lancar karena ada sumbatan-sumbatan," jelasnya.

Lebih lanjut, Agung berharap semoga kedepannya untuk sumbatan-sumbatan tersebut bisa dijebol. Sehingga air yang datang bisa mengalir dengan lancar.

"Agar warga wilayah Kelurahan Cepu di lingkungan Ngareng, Sawahan, Stasiun kota tidak lagi terendam banjir tahunan," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya