Liputan6.com, Jakarta Mungkin anda tinggal di tepian Sungai Mahakam. Tapi belum tentu semua orang dapat melihat langsung Pesut Mahakam.
Hal itu karena hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar ini sangat sulit dijumpai. Hewan yang dijadikan maskot Provinsi Kalimantan Timur ini dulunya berenang bebas di Sungai Mahakam.
Kini pesut Mahakam adalah hewan yang berstatus terancam punah. Pesut ini dinamakan Pesut Mahakam karena banyak ditemukan di perairan Sungai Mahakam, Sungai terbesar dan terpanjang di Kaltim.
Baca Juga
Advertisement
Kini jumlah populasi hewan ini tinggal 80-an ekor saja dan menempati urutan tertingi dari daftar satwa Indonesia yang terancam punah. Kini hidup pesut terkonsentrasi di hulu sungai Mahakam, tepatnya di dekat perairan Danau Jempang, Danau Semayang dan Danau Melintang.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) pun mengeluarkan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 75/SK/-BUP/HK/2020 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Habitat Pesut Mahakam sebagai upaya melestarikan hewan endemik itu.
Bupati Kukar Edi Damansyah menyebut SK yang telah ia tekan ini sebagai usaha ini untuk dapat menjaga dan melestarikan pesut Mahakam.
“Untuk pesut-pesut itu kami sudah menetapkan kawasan. Salah satu tujuan untuk melindungi pengembangan habitat Pesut Mahakam,” ujar Edi Damansyah saat di Kantor Bupati Kukar, Jumat, 19 November 2021, lalu.
Simak juga video pilihan berikut
Agar Pesut Mahakam Tetap Ada
Pesut Mahakam harus dijaga. Karena jika tidak, kepunahan akan dialami pesut Mahakam.
Dahulu di negara Asia, seperti Vietnam dan Myanmar ada pesut. Kini sudah punah dan tidak ada lagi.
Karena itu, lewat kebijakan penetapan kawasan konservasi ini dapat memantau populasi satwa endemik yang dimiliki. Sehingga pesut Mahakam tetap bisa terjaga dan terlestari.
Kawasan konservasi ini mencakup area dengan total luasan 43.117.22 hektare yang terdiri atas 1.081.28 hektare zona inti dengan larangan ketat kegiatan penangkapan ikan. Lalu 14.947.65 hektare zona perikanan berkelanjutan, 2.169.44 hektare hutan sempadan sungai.
Selain itu ada 563,79 vegetasi/hutan sempadan danau, 24.355,06 hektare zona rehabilitasi dan perlindungan berupa gambut dan rawa-rawa serta hutan.
Wilayahnya meliputa empat kecamatan, yakni Kota Bangun, Muara Muntai, Muara Kaman dan Muara Wis. Meski ada beberapa kawasan terpisah, namun tetap terhubung di perairan Sungai Mahakam.
Kawsan konservasi perairan air tawar pertama di Indonesia ini juga diharapkan bisa dikelola sumber daya ikannya serta meningkatkan kualitas air dan menjaga populasi pesut mahakam.
Advertisement
Menjaga Pesut Bersama-sama
Bupati Kukar Edi Damansyah menyebut dengan adanya kawasan konservasi ini bisa menjaga kawasan habitat pesut Mahakam.
Ia menerangkan bahwa Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kukar terus melakukan pemantauan dan invetarisir keberadaan habitat pesut Mahakam.
Dalam program konservasi ini juga Pemkab melibatkan masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat. Pemkab Kukar telah bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI).
“Bahkan laporan ke saya pesut-pesut ini sudah memiliki nama-nama, sudah diberi nama karena ada cipnya yang sudah dipasang di situ sehingga bisa terpantau,” terang Edi.
Edi berharap Kawasan Konservasi Perairan Habitat Pesut Mahakam seluas 43.117,22 hektar ini menjaga keberadaan lumba-lumba air tawar yang merupakan simbol Provinsi Kalimantan Timur ini.
Luasan kawasan konservasi itu mencakup zona inti, zona perikanan berkelanjutan, kawasan hutan sempadan sungai, areal hutan sempadan danau, dan zona rehabilitasi dan perlindungan hutan gambut dan rawa-rawa.
“Maksud kami membuat kawasan konservasi ini agar pesut terjaga disini (kawasan konservasi) jangan lari ke sungai Mahakam. Agar pesut ini hidup di lingkungan tidak banyak aktivitas umum,” tambah Edi.
Polusi suara dari frekuensi tinggi kapal yang melintas, industri, sampah hingga jaring adalah ancaman kehidupan yang dihadapi pesut saat ini.
Peralatan yang Ramah Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Kukar lewat Dinas Kelautan dan Perikanan juga terus mengeluarkan himbauan terkait larangan penggunaan alat tangkap perikanan ilegal (tidak ramah lingkungan) di wilayah hulu Mahakam.
Jenis alat tangkap ikan yang dilarang oleh pemerintah di perairan umum meliputi rimpa (trawl), begongan (dam), hampang, strum accu (aki), racun ikan, rengge (pukat), genset (generator) dan sawaran.
Pemerintah Kabupaten pun telah melakukan sosialisasi ke desa-desa dan upaya persuasif kepada warga yang sebelumnya kedapatan menggunakan alat tangkap ikan ilegal.
Bupati Kukar Edi Damansyah pun mengaku terkadang masih kecolongan. Masih ada warga yang sembunyi-sembunyi menangkap ikan denga ilegal atau tidak ramah lingkungan.
Hal ini menurut Edi karena petugas pengawasan yang terbatas. Karena itu selain terus melakukan edukasi, pihaknyajuga bermitra dengan kelompok-kelompok masyarakat di desa-desa untuk mengawasi hulu Mahakam.
“Jadi kehadiran kami untuk menegaskan bahwa kawasan ini tidak boleh dirubah fungsinya untuk pesut dan potensi perikanan yang lain,” tegas Edi.
Advertisement
Langkanya Pesut Mahakam
Pesut Mahakam bisa dikenali dengan ciri-ciri fisiknya. Bentuk kepalanya bulat seperti umbi serta mempunyai mata yang kecil. Pesut Mahakam merupakan mamalia yang menyusui anaknya, jadi meski di air hewan ini bukan ikan.
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan paus yang hidup di laut, pesut mahakam hidup di sungai-sungai daerah tropis.
Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat dibagian bawah serta tidak memiliki pola khas. Sirip punggungnya kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung.
Dahinya tinggi dan berbentuk bundar, tidak ada moncong seperti lumba-lumba lain. Sirip dadanya lebar membundar.
Penelitian yang dilakukan Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) pada 2018 hingga Mei 2019, menunjukkan jumlahnya diperkirakan sebanyak 81 individu.
Pesut mahakam bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur, tetapi pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan.
Kemungkinan hewan ini menggunakan gelombang ultrasonik untuk mendapatkan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya lumba-lumba laut.